MAKALAH
AIK III
Kedudukan Orang Berilmu
Oleh :
Yanuari Maesa Damayanti
(11-622-101)
FAKULTAS TEKNIK PRODI INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya
dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi
sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Tidak lupa sholawat serta salam
kami curahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Dan sungguh berkat limpahan rahmat -Nya
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah
Al-islam Dan Kemuhammadiyaan III.
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga
dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi lebih baiknya kinerja saya yang akan mendatang.
Semoga
makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.
Gresik, Mei 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Ilmu
ditafsirkan dengan sifat yang kalau dimiliki oleh seseorang maka menjadi
jelaslah apa yang terlintas didalam pengertiannya.Untuk memperoleh keberhasilan di
dalam mencapai sesuatu diperlukan ilmu. Ingin sukses dunia ada ilmunya, ingin
sukses akhirat juga ada ilmunya. Allah SWT. mengangkat orang-orang yang berilmu
beberapa derajat dan juga memudahkan jalan bagi mereka ke surga. Keutamaan
manusia sebagai makhluk salah satunya adalah karena manusia mempunyai akal
pikiran. Itulah bekal yang diberikan Allah SWT. kepada manusia untuk mengemban
tugas besar sebagai khalifah di bumi, yang paling minim adalah bisa memimpin
diri sendiri. Itu tidak mudah, perang besar, bahkan mengendalikan hawa nafsu
kita adalah termasuk jihad. Nah, akal pikiran ini harus dimanfaatkan dengan
baik dan diasah, yaitu dengan ilmu. Allah SWT. pernah menyerupakan orang yang
tidak mengerti seperti binatang ternak, bahkan orang yang tidak menggunakan akal
pikirannya derajatnya dapat lebih rendah daripada setan.
Ilmu membuat kita yakin dan mempunyai dasar yang kuat,
sehingga tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan. Pelajarilah suatu ilmu
atau ajarkanlah suatu ilmu, agar kita tidak celaka. Waktu terus berputar, jika
kita tidak menambah ilmu kita (up to date) maka kita akan celaka. Ilmu itu
harus diamalkan, tentunya, pilih ilmu yang bermanfaat saja. Ilmu yang tidak
diamalkan dapat hilang/terlupa, tidak ada manfaatnya bagi kita/oran lain,
sebaliknya ilmu yang diamalkan akan kita ingat dan bermanfaat bagi diri kita
dan orang lain. Selain itu, ilmu yang bermanfaat dapat menjadi pahala yang
tidak terputus bagi orang yang mengerjakan ilmu tersebut walaupun orang itu
sudah meninggal. Ditambah lagi jika ilmu yang diajarkan itu baik dan diikuti
oleh orang lain, maka ganjaran orang yang mengajar ilmu tersebut akan berlipat
ganda.
Ilmu itu tidak hanya teori. Tidak dikatakan alim jika orang
itu tahu tetapi tidak mengamalkan. Bahkan orang yang hanya menasehatkan kebenaran
tetapi tidak mengamalkannya, di akhirat akan diazab seperti himar yang
berputar-putar pada penggilingan, dan ususnya terburai. Hukuman diberlakukan
setelah orang mengetahui ilmunya, namun bukan berarti kita tidak perlu menuntut
ilmu saja agar tidak mendapat hukuman. Keliru, justru Allah SWT. memberikan
otak yang mempunyai kemampuan yang luar biasa kepada manusia adalah untuk
diaplikasikan. Allah SWT. menciptakan segala yang ada di bumi untuk manusia,
tetapi manusialah yang bertanggungjawab untuk mengolah apa-apa yang ada di bumi
untuk keperluannya/kehidupannya, bukan malah merusak/membiarkannya. Dan yang
terpenting, Allah SWT. menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Itu pun ada ilmunya.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kedudukan orang yang
berilmu.
2.Apa saja ilmu-ilmu yang boleh di
pelajari dan tidak boleh dipelajari.
3.Bagaimana cara mengamalkan ilmu
dan apa keutamaan menuntut ilmu.
C.TUJUAN PENULISAN
1.Untuk mengetahui bagaimana
kedudukan orang yang berilmu.
2.Untuk mengetahui apa saja manfaat
orang yang berilmu
3. Bagaimana cara menuntut ilmu yang
baik menurut islam.
D.MANFAAT PENULISAN
1.Agar pembaca mampu mengetahui bagaimana
cara memperoleh ilmu yang baik dan benar.
2.Agar kita mampu mengamalkan ilmu
yang kita miliki dan tidak menyianyiakannya.
3.Kita bisa mengetahui bagaimana
cara menuntut ilmu yang baik dan tidak menyalah gunakannya.
BAB II
PEMBAHASAN
KEDUDUKAN ORANG YANG BERILMU
Ilmu adalah cahaya yang menerangi
jalan seorang hamba menuju Rabb-nya. Tidaklah mungkin syari’at Islam ditegakkan
dan penghambaan seseorang kepada Rābb-nya –dimana untuk tujuan inilah seorang
hamba tercipta di dunia- terwujud kecuali dengan ilmu.
Maka ilmuilah (ketahuilah) bahwasanya tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allāh, dan mohon ampunlah kepada-Nya dari dosamu serta
untuk kaum mukminin dan mukminat” (QS. Muhammad : 19)
Maka di dalam ayat yang mulia ini,
Allāh memulainya dengan ilmu terlebih dahulu sebelum menyebutkan sebuah kalimat
yang menjadi kunci surga, yakni kalimat tauhid laa ilaaha illallāh.
Cukuplah sebuah ayat di dalam Al
Qur’an yang menegaskan keutamaan orang-orang yang berilmu ketika Allāh Ta’ala
menyertakan persaksian orang yang berilmu dengan persaksian-Nya pada sebuah
perkara yang paling agung, yakni persaksian akan keesaan Allāh Tabaarāka wa
Ta’ala.
Allāh bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, begitu juga para malaikat dan
orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan juga bersaksi demikian. Tiada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (QS. Ali ‘Imrān : 18)
Adapun hadits Nabi shāllallāhu
‘alaihi wa sallam yang menerangkan keutaaman ilmu dan orang yang berilmu
adalah sangat banyak. Cukuplah sebuah hadits yang agung dari shāhabat Abu
Darda’ rādhiyallāhu ‘anhu yang akan dibawakan, dimana Nabi ‘alaihis
shālatu was salaam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلتمسُ فِيهِ عِلْمًا سَهّلََ اللهُ بِهِ
طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بما يصنع، وَإِنَّ العالم لَيَسْتَغْفِرُ له مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَ مَنْ فِي الْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ ليلة البدر عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ، و إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، فإن الْأَنْبِيَاء
لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرثُوا الْعِلْمَ،
فَمَنْ أَخَذَه، أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa yang menempuh suatu
jalan untuk menuntut ilmu, maka Allāh akan memudahkan baginya jalan menuju
surga.
Sesungguhnya para malaikat menaungi
penuntut ilmu dengan sayap-sayap mereka karena ridhā terhadap apa yang mereka
lakukan.
Sesungguhnya orang-orang yang berilmu
akan dido’akan ampunan oleh para penghuni langit dan bumi, sampai ikan yang ada
di air sekalipun.
Keutamaan orang yang berilmu
dibanding orang yang rajin ibadah adalah sebagaimana keutamaan bulan ketika
purnama dibandingkan seluruh bintang di langit.
Dan sesungguhnya para ulama adalah
pewaris nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, akan
tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan tersebut,
sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
Tirmidzi, dan lainnya. Dinilai hasan lighāirihi oleh Syaikh Al Albani)
Ilmu dan Amal Adalah Tujuan
Diciptakannya Manusia
Sesungguhnya
Rābb kita, Allāh Jalla wa ‘Alaa menciptakan manusia untuk ilmu dan amal,
yakni agar manusia mengenal Allāh (ilmu) dan beribadah kepada-Nya semata
(amal).
Allāh yang menciptakan tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi. Perintah Allāh berlaku padanya agar kalian
mengetahui bahwasanya Allāh Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan ilmu Allāh
meliputi segala sesuatu” (QS. Ath Thālaq : 12)
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat : 56)
Maka ilmu dan amal (ibadah) adalah
tujuan penciptaan makhluk. Dan sebuah ibadah haruslah dikerjakan atas dasar
ilmu yang bermanfaat, yang mendekatkan seorang hamba kepada Rābb-nya.
Barangsiapa yang berilmu kemudian mengamalkan ilmunya, berarti dia telah
mewujudkan tujuan penciptaan dirinya.
Dimurkai Karena Tidak Beramal dan
Sesat Karena Tidak Berilmu
Ya
Allāh, tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yakni jalannya orang-orang yang
Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai dan bukan
pula jalan orang yang sesat” (QS. Al Fatihah : 6-7)
Di dalam ayat terakhir surat Al
Fatihah tersebut, Allāh Ta’ala menyebutkan 3 golongan :
- Golongan yang diberikan nikmat, mereka inilah orang-orang yang berilmu kemudian mengamalkannya
- Golongan yang dimurkai, mereka adalah yahudi, berilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya
- Golongan yang sesat, mereka adalah nasrani, beramal tanpa dasar ilmu
Sufyan bin ‘Uyainah rāhimahullāh berkata
Orang yang rusak dari kalangan ulama
kita, maka padanya ada kemiripan dengan yahudi. Dan orang yang rusak dari ahli
ibadah kita, maka padanya ada kemiripan dengan nasrani”
Karena yahudi adalah orang yang
berilmu tetapi tidak mengamalkannya. Sedangkan nasrani adalah orang yang
beramal tanpa landasan ilmu.
Bersambung dengan pembahasan ancaman
keras bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya, insya Allah…
Ya Allāh, ajarilah kami segala yang
bermanfaat bagi diri kami. Dan berikanlah manfaat kepada kami dari apa yang
telah Engkau ajarkan. Dan tambahkanlah ilmu kami. Sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Dekat.
Ibnu Abbas pernah berkata:"Di
antara darjat-darjat yang paling hampir dengan darjat kenabian ialah darjat
orang-orang yang beriman dan darjat orang yang berilmu. Darjat di antara orang
yang beriman dengan orang yang berilmu itu bezanya 700 darjat lebih tinggi
darjat orang yang berilmu. Setiap darjat itu pula bezanya ialah 500 tahun
perjalanan".
Huraian Ibnu Ad-Daudi:
Sesungguhnya kita tidak mampu untuk
mencapai darjat kenabian kerana jawatan seorang nabi itu bukan boleh diisi
sewenang-wenangnya oleh manusia. Nabi itu adalah utusan pilihan Allah swt untuk
memimpin manusia ke jalan yang lurus lagi benar. Yang membawa manusia mengenali
Tuhan pencipta langit dan bumi serta segal isinya. Ada pun jawatan seorang nabi
itu tidak lagi boleh diisi setelah datangnya Rasulullah saw yang bernama
Muhammad, kerana beliau merupakan utusan yang terakhir yang membawa kebenaran
Agama dan memansuhkan mana-mana agama yang ada di dunia ini.
Oleh kerana jawatan seorang nabi itu
tidak lagi boleh diisi oleh ummat manusia yang lain maka marilah kita berusaha
untuk menjadikan kedudukan diri kita dekat dan paling hampir dengan kedudukan
darjat para nabi-nabi Allah swt. Kedudukan yang paling hampir dengan darjat
para nabi ialah hendaklah kita menjadi orang yang beriman kepada Allah swt
dengan sebenar-benarnya kerana darjat orang yang beriman sangat dekat dengan
Allah swt malah hampir dengan darjat kenabian. Manakala kedudukan orang yang
berilmu pula jauh lebih tinggi daripada kedudukan orang yang beriman kerana
kebiasaannya orang yang berilmu inilah yang akan beriman dan patuh serta taat
kepada perintah Allah swt. Oleh yang demikian marilah sahabat-sahabat semua,
jadikanlah diri kita sebagai seorang yang mempunyai ilmu dan pengetahuan serta
beriman kepada Allah swt.
Wahai sahabat sekalian,
Ingatlah sesungguhnya dunia ini
milik orang yang berilmu. Dunia hari ini tidak lagi mengukur kekuatan sebagai
penguasa, tetapi orang yang berkuasa di dunia hari ini ialah orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi. Malah teori ini sudah lama dan ianya
bermula sejak Adam as diciptakan lagi. Firman Allah swt di dalam surah
Al-Baqarah ayat yang ke 30 - 33 yang bermaksud : " Dan ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Malaikat, Sesungguhnya Aku (Allah swt) ingin
menciptakan sejenis makhluk di bumi ini sebagai khalifah". Malaikat
berkata : "Tidakkah kamu ingin menjadikan padanya (bumi) mereka itu akan membuat
kerusakkan dan pertumpahan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih memuji dan
menyucikan Kamu". Firman Allah swt : " sesungguhnya Aku (Allah) lebih
mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." Dan Dia ajarkan kepada Adam
beberapa nama, kemudian Dia perlihatkan kepada Malaikat, sebutlah kepada Ku
semua nama benda ini, jika kamu orang yang benar." Mereka (Malaikat)
menjawab, maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui melainkan apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha
Bijaksana." Dia (Allah swt) berfirman, "Wahai Adam, beritahulah
kepada mereka nama-nama itu, setelah dia (Adam) menyebut nama-nama itu, Dia
(Allah swt) berfirman : " Bukankah telah Aku katakan kepadamu bahawa Aku
mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan".
Wahai
sahabat sekalain,
Di
sinilah bukti yang mengatakan kemulian seorang yang berilmu pengetahuan dan
sesungguhnya dunia dan alam sekelilingnya adalah milik kurniaan Allah swt
untuknya. Orang yang berilmu dimuliakan oleh penduduk langit dan juga penduduk
bumi sepertimana ayat al-Quran tadi menjelaskan pengetahuan Adam as mengetahui
lebih daripada pengetahuan para Malaikat.
Manakala
di dalam surah yang lain Allah swt berfirman yang bermaksud : "Katakanlah
wahai Muhammad, adakah sama orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan itu
dengan orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan".
Di
dalam surah an- Naml ayat yang ke 38 - 40 yang bermaksud : Dia Sualaiman
berkata kepada pembesarnya "Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa
singgasananya(Singgasana Ratu Balqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
untuk menyerah diri." * Ifrit dari golongan jin berkata, "Akulah yang
akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu, dan
sesungguhnya aku kuat melakukannya dan dapat dipercayai."* Seorang yang
mempunyai ilmu dari Kitab berkata,"Aku akan membawa singgasannya itu
kepadamu sebelum mata kamu berkedip,"maka ketika dia (Sulaiman) berkedip,
dia melihat singgasana itu terletak dihadapannya", dan dia pun berkata,
"ini adalah nimat kurniaan Tuhanku, untuk menguji aku, apakah aku
bersyukur atau aku kufur. Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk dirinya dan barang siapa yang kufur, sesungguhnya Tuhan-ku maha
Kaya lagi maha Mulia.
Jelaslah
kepada kita bahawa sesungguhnya orang yang berilmu mampu melakukan apa sahaja
dengan nikmat kurniaan Tuhan-nya. Ini dijelaskan yang mana orang yang memiliki
ilmu pengetahuan daripada Kitab Allah swt mampu memindahkan istana Ratu Balqis
yang terletak di Saba' iaitu di negeri Yaman, dipindahkan ke Palestin oleh
orang yang ada ilmu dari kitab Allah swt iaitu kitab Taurat dan Zabur.
Wahai
sahabat sekalian,
Kemukjizatan
al-Quran jauh lebih hebat, namun adakah kita sebagai ummat nabi Muhammad ini
mengamalkan kitab wasiat darinya untuk panduan hidup kita? Di dalamnya terdapat
ilmu yang tidak terbatas dan tiada bandingnya. Oleh itu kembalilah diri kita
semua ke pada wasiat nabi yang agung itu.
1.
Orang Alim (berilmu) adalah lampu Allah di bumi. Maka, barangsiapa yang Allah
menghendaki kebaikan baginya, dia akan memperoleh cahaya (ilmu) itu.
2.
Orang alim lebih utama daripada orang yang berpuasa, mengerjakan shalat malam
(tahajud), dan yang berjihad di jalan Allah. Jika seorang alim meninggal dunia,
maka terjadi lubang dalam Islam yang tidak tertutupi sehingga datang orang alim
lain yang datang menggantikannya.
3.
Orang alim adalah yang mengetahui kemampuan dirinya, sementara seseorang
dikatakan bodoh jika dia tidak mengetahui kemampuan dirinya.
4.
Orang alim adalah yang mengetahui bahwa apa yang diketahuinya, jika
dibandingkan dengan apa yang tidak diketahuinya, sangatlah sedikit. Maka,
karena itulah dia menganggap dirinya bodoh, sehingga bertambahlah
kesungguhannya mencari ilmu untuk menambah apa yang diketahuinya.
5.
Kesalahan yang dilakukan seorang alim seperti kapal yang karam, maka ia
tenggelam dan tenggelam pula bersamanya banyak orang.
6.
Ketahuilah ! Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang memelihara ilmu-Nya, menjaga
yang dijaga-Nya dan memancarkan mata-air ilmu-Nya, saling bertemu dengan
kecintaan, minum bersama dengan gelas pemikiran, dan pergi dengan meninggalkan
bau harum. Mereka tidak dicampuri oleh keraguan, dan tidak pula mereka
bersegera dalam mengumpat. Berdasarkan hal itulah, mereka mengukuhkan pembawaan
dan akhlak mereka, saling mencintai dan saling berhubungan di antara sesama
mereka.
Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang
Haram di Pelajari
Adapun mempelajari ilmu yang
keperluannya hanya dalam waktu-waktu tertentu , hukumnya adalah fardu kifayah .
berarti bila dalam suatu daerah telah terdapat orang yang ,mengetahuinya, maka
cukuplah bagi orang lain, tetapi kalau sama sekali tidak ada, maka seluruh
penduduk daerah menanggung dosanya .
Ada dikatakan orang :
“ mengetahui ilmu yang diperlukan
setiap orang pada setiap saat adalah ibarat makan (dalam arti diperlukan setiap
orang disetiap saatnya) dimana wajib atas setiap orang, sedang yang diperlukan
dalam waktu-waktu tertentu saja, adalah bagaikan obat dimana diperlukannya pada
masa-masa tertentu belaka”.
Ilmu kedokteran itu menjadi salah
satu sarana penyebab terwujudnya kesehatan . karena itu boleh dipelajari
sebagaimana penyebab-penyebab yang lain. Disamping itu, Nabi SAW sendiri pun
pernah berobat hikayat Asy-Syafi’iy pernah berkata:
“ Ilmu itu ada dua macam yaitu ilmu
fiqihuntuk kehidupan agama dan ilmu kedokteran untuk kehidupan kesehatan badan
, sedang selain itu merupakan pelengkap majelis jua”
Keutamaan Ilmu
Keutamaan-keutamaan Ilmu:
1. Ilmu adalah pusaka para nabi,
2. pemilik ilmu temannya banyak,
3. ilmu semakin diamalkan semakin
bertambah,
4. pemilik ilmu dipanggil dengan
nama keagungan dan kemuliaan,
5. ilmu tidak akan berkarat dan
tidak rusak karena umur,
6. ilmu bisa menerangi hati.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Sesungguhnya Islam adalah agama yang
menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan
orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajat. “Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.(Al Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT
bahkan memulai dengan diri-Nya, lalu dengan malaikat-Nya, dan kemudian dengan
orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang yang
berilmu. “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu)” (Ali Imran:18)
Allah juga menyatakan bahwa hanya
dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43). Tuhan juga
menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada
orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai
orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu sabdanya seperti
yang dimuat di HR. Abu Dawud. Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih
menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. “Sesungguhnya matinya satu
kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani) .
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang
sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang
ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari
sahabatku.” (HR Tirmidzi)”.
Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya
untuk menuntut ilmu. “Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu
sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan
dan mewajibkan seluruh umat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu pendapat
mayoritas umat Islam (terutama di pedesaan) yang menganggap bahwa perempuan itu
tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas
bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu Nabi juga menyuruh agar umat Islam
menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang muslim haruslah
berusaha belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah dengan orang kafir.
Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah
hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu
secara financial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya
jika dia ternyata adalah orang yang berbakat.
Sekarang ini, tingkat pengetahuan
ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata justru
orang-orang kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban
menuntut Ilmu setinggi-tingginya. Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat
Islam. Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara-negara Islam. Hal
itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam,
tapi karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya.
Ayat pertama dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di situ Allah memperintahkan
ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru paling
tinggi di negara-negara Islam. Ini karena kita tidak konsekuen dengan ajaran
Islam. Nabi juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala
dari Allah SWT, dan pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat
menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka
terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat, Amal Jariah, dan
Anak sholeh.”(HR Muslim)
Pada awal masa Islam, ummat Islam
melaksanakan ajaran tersebut dengan sungguh-sungguh, mereka giat menuntut ilmu.
Hadits-hadits seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari
pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci
daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk
belajar. Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi
menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang.
Hanya dengan menghidupkan ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi. Ummat Islam
harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut
ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah
(paling tidak ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.
Ilmu agama tentang mana yang wajib
dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap
muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat ataupun
mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa
mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui
kewajiban dan larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim.
Adapun ilmu yang memberikan manfaat
bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia,
ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan pesawat tempur
agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu
kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.
Hukum Menuntut Ilmu
Apabila kita memperhatikan isi
Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi
setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka
tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat
dalam hadist Nabi Muhammad saw :
Artinya : "Menuntut ilmu adalah
fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan". (HR. Ibn
Abdulbari).
Dari hadist ini kita memperoleh
pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu,
berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan;
menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang
didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat,
baik yang berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda:
Artinya : "Barang siapa
menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki
ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barang siapa yang meginginkan
kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR.Bukhari
dan Muslim).
Islam mewajibkan kita menuntut
ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim
jangan picik dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt.
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi
setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi,
Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Oleh
karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa 'arab, ilmu
sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah
termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah
dikatakan tidak perlu, karena ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu
juga dengan ilmu berkaitan dengan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi
perlu difahami bahwa yang paling utama ialah mempelajari ilmu fardhu 'ain
terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu 'ain adalah suatu dosa karena ia
adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu
selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun
mempelajarinya amat digalakkan Ilmu yang diamalkan sesuai dengan
perintah-perintah syara'. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya
wajib 'ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum
mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu
tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh
mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib
dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.
Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah
Dilihat dari segi ibadah, sungguh
menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda
;
Artinya : "Sungguh sekiranya
engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari
satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka pahalanya lebih baik daripada
ibadat satu tahun".
Mengapa menuntut ilmu itu sangat
tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak
dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan sia-sialah amalnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini
menyatakan :
Artinya : "Siapa saja yang
beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan
ditolak, yakni tidak diterima".
Keutamaan orang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai
kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran
menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang
menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya.
Mereka digelari sebagai
"al-Raasikhun fil Ilm" (Al Imran : 7), "Ulul al-Ilmi" (Al
Imran : 18), "Ulul al-Bab" (Al Imran : 190), "al-Basir" dan
"as-Sami' " (Hud : 24), "al-A'limun" (al-A'nkabut : 43),
"al-Ulama" (Fatir : 28), "al-Ahya' " (Fatir : 35) dan
berbagai nama baik dan gelaran mulia lain.
Daya usaha untuk memperoleh ilmu
melalui berbagai sumber dan panca indera yang dikaruniakan Allah SWT membimbing
seseorang ke arah mengenal dan mengakui ketauhidan Rabbul Jalil.
Ini memberi satu isyarat dan
petunjuk yang penting bahwa ilmu mempunyai keterkaitan yang amat erat dengan
dasar akidah tauhid. Orang yang memiliki ilmu sepatutnya mengenal dan mengakui
keesaan Allah SWT dan keagungan-Nya. Hasilnya, orang yang berilmu akan tunduk,
kerdil, dan hina berhadapan dengan kekuasaan dan keagungan Allah SWT.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18,
Allah SWT berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya
tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu
Katsir membuat suatu rumusan yang menarik bahwa apabila Allah SWT menyandingkan
"diri-Nya" dengan para malaikat dan orang yang berilmu tentang
penyaksian "keesaan Allah SWT dan kemutlakan-Nya sebagai Tuhan yang layak
disembah", hal tersebut adalah suatu penghormatan agung secara khusus
kepada orang-orang yang berilmu yang sentiasa bergerak di atas rel kebenaran
dan menjunjung tinggi prinsip ini serta berpegang teguh dengannya dalam semua
keadaan dan suasana.
Rekaman penghormatan ini kekal
sebagaimana kekalnya kitab wahyu ini sebagai peringatan kepada golongan berilmu
bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan
para malaikat yang menjadi saksi Keesaan Allah SWT. Mereka memikul amanah Allah
SWT karena mereka adalah pewaris para nabi.
Sifat ikhlas, berani, dan tegas
serta senantiasa istiqamah akan selalu ada dalam diri orang yang berilmu.
Mereka tidak mengharapkan ganjaran, sanjungan, dan pujian dari manusia.
Keikhlasan mereka adalah hasil daripada ramuan kecintaan dan keyakinan kepada
prinsip kebenaran yang menjadi tonggak pegangan mereka.
Orang yang berilmu amat menjunjung
tinggi prinsip kebenaran. Mereka tidak menafikan kebenaran dari pihak lain dan
tidak pula merasa kebenaran hanya mutlak ada pada dirinya. Berlapang dada dan
merendah diri adalah akhlak murni orang yang berilmu.
Mereka tidak melihat dari siapa atau
dari golongan mana kebenaran tersebut berasal. Kebenaran sejati yang menjadi
pegangan mereka adalah apabila datangnya daripada nash al-Quran al-Karim dan
as-Sunnah an-Nabawiyyah.
Keberanian orang yang berilmu adalah
hasil keyakinan teguh kepada
kekuatan dan kekuasaan Allah Rabbul
Jalil. Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [Orang-orang yang berilmu].
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Fatir: 28)
Orang-orang yang berilmu memiliki
keyakinan bahwa hanya Allah yang Maha Berkuasa atas sekalian makhluk-Nya.
Kehinaan di sisi manusia karena mempertahankan prinsip kebenaran dipandang
lebih baik dan mulia daripada kehinaan di sisi Allah SWT karena menampik
kebenaran hanya untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian manusia. Mereka
amat yakin bahwa menyatakan kebenaran dan perkara hak adalah amanah Allah SWT
dan mereka pun mengetahui resikonya amat besar.
Peringatan Allah dan Rasul-Nya
sangat keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana
firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab,
mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat
melaknati." (al-Baqarah: 159)
Rasulullah saw bersabda:
"Janganlah sekali-kali wibawa
manusia sampai menghalangi seseorang untuk mengatakan sesuatu yang hak jika ia
mengetahuinya, menyaksikannya, atau mendengarnya. Sebab tindakannya itu tidak
akan mendekatkan ajal dan tidak akan menjauhkannya dari rezeki." (HR
Ahmad)
Rasulullah saw juga bersabda:
"Barang siapa yang
menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan
kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.
Juga diriwayatkan oleh al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa
hadits ini sahih)
Orang yang berilmu mengetahui
bagaimana kerusakan yang akan timbul dari amal yang tanpa ilmu, sebagaimana
yang dikatakan khalifah Umar bin Abdul Aziz "Barang siapa yang beribadah
kepada Allah tanpa ilmu maka dia banyak merusak dari pada memperbaiki"
Yang menjadi panutan orang-orang
berilmu adalah Rasulullah saw dan para sahabat beliau yang mulia. Karena hanya
dengan mengikuti jalan Rasulullah dan para sahabatlah yang akan memasukkan
seorang muslim kedalam golongan yang selamat. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw:
"Semua golongan tersebut
tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti
diatasnya" (HR Tirmidzi)
Imam Bukhari dalam kitabnya
"Berpegang Teguh pada Kitab dan Sunnah"
memberi judul salah satu dari sekian
bab (yang artinya):
"Nabi SAW mengajarkan kepada
umat-nya, baik laki-laki maupun wanita, apa yang diajarkan Allah kepadanya
tanpa menggunakan pendapat atau pemisalan."
Al-Muhallab berkata ketika
mengomentari bab Bukhari ini: "Maksud Bukhari bahwa seorang yang berilmu
apabila dia berbicara dengan menggunakan nash, tidak perlu lagi berbicara
berdasarkan pendapat dan qiyasnya (analogi). "
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ilmu membuat kita yakin dan mempunyai dasar yang kuat,
sehingga tidak menjadi orang yang hanya ikut-ikutan. Pelajarilah suatu ilmu
atau ajarkanlah suatu ilmu, agar kita tidak celaka. Waktu terus berputar, jika
kita tidak menambah ilmu kita maka kita akan celaka. Ilmu itu harus diamalkan,
tentunya, pilih ilmu yang bermanfaat saja. Ilmu yang tidak diamalkan dapat
hilang/terlupa, tidak ada manfaatnya bagi kita/oran lain, sebaliknya ilmu yang
diamalkan akan kita ingat dan bermanfaat bagi diri kita dan orang lain. Selain
itu, ilmu yang bermanfaat dapat menjadi pahala yang tidak terputus bagi orang
yang mengerjakan ilmu tersebut walaupun orang itu sudah meninggal. Ditambah
lagi jika ilmu yang diajarkan itu baik dan diikuti oleh orang lain, maka
ganjaran orang yang mengajar ilmu tersebut akan berlipat ganda.
B.SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat untuk teman
sekalian, makalah ini dibuat agar kita tahu bagaimana kedudukan orang berilmu
dan menuntut ilmu, oleh karena itu tetap berusaha menuntut ilmu dengan
sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya ilmu, agar kita bisa menjadi orang yang
derajatnya sangat tinggi dihadapan Allah SWT dan mengamalkan ilmu kita
seluas-luasnya.
Demikian yang saya sampaikan dalam makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua,bila ada kesalahan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sesungguhnya
kesempurnaan milik Allah SWT.
post by : Yanuari Maesa Damayanti
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar