Kamis, 11 September 2014

MEWASPADAI DOSA DOSA KECIL

PESAN-PESAN RASULULLAH SAW

MEWASPADAI DOSA-DOSA KECIL

Ini adalah wasiat Rasulullah SAW kepada Aisya r.a dan ini merupakan wasiat yang amat berharga . peringatan mengenai hal yang sering kali dilupakan oleh banyak orang., yaitu dosa-dosa kecil. sewaktu Rasulullah SAW wafat Anas r.a berkata " sungguh kamu semua sudah mengetahui berbagai amal yang menurut pandanganmu itu lebih lembut dari sehelai rambut. jika kami menyebutnya pada masa Rasulullah SAW ialah Al-mubiqat (perbuatan durhaka). menurut Al-Bukhori adalah hal-hal yang merusak.
wahai saudaraku muslimah, perhatikanlah kalau yang dikatakan Anas r.a seperti itu pada masa sahabat tabi'in, kemudian bagaimana kalau seandainya Anas r.a melihat keadaan orang-orang zaman sekarang ? pasti seorang mukmin akan menyesal serta sedih melihat para pemeluk islam yang meremehkan hak-hak Allah SWT, serta tidak ada yang dia katakan melainkan ucapan, alangkah menyesalnya wahai hamba Allah SWT .
Berkata Ummu Darda : pada suatu hari Abu Darda Masuk rumah sambil marah-marah. lalu aku bertanya ada apa kamu ini?
Abu Darda menjawab: Demi Allah aku tidak melihat sedikitpun dari urusan Rasulullah SAW diantara mereka , melainkan mereka shalat semuanya.
kemudian apa yang di katakan Abu Darda seandainyya ia melihat kehidupan orang-orang zaman sekarang?
wanita muslimah tidak akan memandang kedurhakaan yang terjadi di depannya, kemudian ia berkata dengan menaruh perhatian, itu cuma dosa kecil serta remeh, namun ia harus takut terhadap siksa Allah SWT.
Demikianlah yang dilakukan seorang wanita muslimah yang bertaqwa, dia menolong suaminya dalam urusan dunia dan akhirat.
tetapi sekarang kita lihat wanita-wanita muslimah tidak memperhatikan dosa-dosa kecil, kecuali orang-orang yang memeperoleh rahmat dari Allah SWT. bahkan diantara mereka ada yang berani melakukan dosa besar dengan terang-terangan, tidak takut dengan kemarahan yang maha berkuasa. dia tidak sadar jika seseorang telah meremehkan suatu dosa maka Allah SWT akan memperbesar dosa tersebut padahal cuma berangkat dari dosa kecil.
Untuk itu wahai saudaraku muslimah, kita harus berusaha menjauhi dosa-dosa kecil, beristigfar,menyesalinya serta mengakui hak Allah SWT pencipta langit dan bumi, yang mempunyai keutamaan dalam setiap sesuatu. Dengan adanya penyesalan serta pengakuan ini maka sesungguhnya Allah SWT itu maha luas magfirah serta rahmat-Nya Dia pasti akan mengampuni Kita .



Amiiinnnn Ya Robbal Alamin..






Post By: Yanuari Maesa Damayanti.
:)



Apa Arti JIlbab Bagimu

Muslimah, Apa Arti Jilbab Bagimu?


muslimah di rusiaJilbab ini tak sekedar penutup kepala karena rambut yang jelek
Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karena
termakan iklan pingin berkulit putih
Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai
Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab
Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya
Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat
kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab
Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim …
Muslimah, lebih dari itu semua, ketahuilah bahwa di antara kasih sayang Allah terhadap kaum wanita adalah tidak mengabaikan hal-hal yang dapat menjadi kemaslahatan bagi mereka kecuali menganjurkannya dan memerintahkannya, dan tidak membiarkan apapun yang membahayakannya kecuali memperingatkannya dan menghindarkannya dari mereka.
Muslimah, bentuk kasih sayang Allah kepada kaum perempuan adalah memerintahkannya supaya mengenakan hijab yang syar’i jika ia telah mencapai usia baligh dan lebih banyak menetap dirumah. Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab 33, “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahli bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Juga dalam QS. An-Nuur 3, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anaka-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
Juga dalam QS. Al-Ahzab 59, “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Bagi saudari-saudariku yang sudah mengenakan pakaian muslimah tentu sudah tidak asing lagi dengan ayat-ayat diatas, bukan maksudku untuk meremehkan kalian semua dalam hal ini, akan tetapi aku tuliskan kembali semua ini sekedar untuk mengingatkan kembali tentang semangat kita semua dalam berpakaian mauslimah yang syar’i, karena di zaman yang serba modern saat ini bukanlah hal mustahil jika kita bisa saja tergoda oleh buaian dunia sehingga jauh dari aturan-aturan syariat. Naudzubillah. Tak terkecuali diriku. Semoga kita terhindar dari itu semua. Aku yakin, dengan saling mengingatkan di antara kita, Insya Allah akan menambah keimanan kita .
Teruntuk saudariku yang belum terketuk hatinya untuk mengenakan jilbab syar’i semoga dapat menambah wawasan dan menambah keyakinan bahwa tak ada kerugian ketika kita menaati apa yang Allah perintahkan. Saya dan muslimah lain mendoakan semoga kalian diberikan hidayah-Nya. Dan juga para lelaki, para suami maupun calon suami, sudah kewajiban Anda untuk juga tahu akan hal seperti ini karena Anda adalah pemimpin/calon pemimpin dalam keluarga yang tentunya anda mempunyai istri atau anak-anak perempuan yang menjadi tanggung jawab Anda untuk senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan nantinya pasti dimintai pertanggungjwaban.
Saudariku sudah selayaknyalah kita memudahkan orang-orang yang bertanggung jawab, karena kesadaran kita sendiri untuk berjilbab karena kita tahu kita lebih takut kepada Allah.
Saudariku, lalu sebenarnya hijab yang wajib dikenakan itu seperti apa?
  1. Menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan
  2. Tebal dan tidak transparan
  3. Tidak mengundang fitnah atau menjadi perhiasan bagi dirinya
  4. Longgar tidak menggunakan wangi-wangian
  5. Tidak menyerupai kaum laki-laki
  6. Tidak berbusana seperti wanita non-muslim
  7. Tidak mencolok
Saya hanya menuliskan poin-poinnya saja. Selanjutnya Anda bisa mengakses lewat buku-buku, salah satunya yang berjudul “Pakaian Wanita Muslimah” karya Syaikh Utsaimin. Saudariku, sudahkah kita, istri kita, anak-anak kita nantinya, saudara perempuan kita berjilbab sesuai syariah? Mari senantiasa perbaiki niatan kita dan juga busana kita sehingga ketika kita berpakaian tidak hanya sekedar ikut tren tapi juga berniat melaksanakan perintah Allah yang menuai pahala.
Saudariku, semoga tulisan sederhana saya ini bisa kembali mengingatkanku dan kalian semua. Dakwah tidak sekedar berkata akan tetapi butuh suri tauladan. Semoga kita bisa mengikuti suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad Saw. Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh-Nya untuk menapaki dinul Islam. Amiin

Sikap Islam Terhadap Kaum Wanita


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
(QS. Ar-Ruum [30]: 21)
Ada sebuah opini di barat yang mengatakan bahwa Islam membolehkan suami untuk memukul istrinya. Dan katanya suruhan itu terdapat di dalam Alqur`an. Ini jelas merupakan tindakan yang jauh dari beradab dan sangat menghina martabat kaum wanita. Begitulah opini mereka. Bagaimana sikap kita umat Islam dalam menghadapi opini tersebut? Bila kita tidak bisa memberikan penjelasan yang benar, maka akan merugikan Islam dan umat Islam.
Opini yang sangat mendiskreditkan itu memang seringkali dilontarkan oleh media Barat. Itu terjadi karena ketidaktahuan mereka terhadap Islam yang sesungguhnya, dan sayangnya banyak masyarakat awam di Barat sana yang menelan mentah-mentah opini itu. Padahal tidaklah benar anggapan yang mengatakan bahwa ajaran Islam menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan tindakan tidak beradab seperti itu. Rasulullah bersabda ”la tadhribuu imaalah” yang artinya ”jangan kalian pukul kaum perempuan”. Dan dalam hadits lainnya beliau menjelaskan ”bahwa sebaik-baik lelaki atau suami adalah yang berbuat baik pada istrinya”.
Memang di dalam Alqur`an ada sebuah ayat yang membolehkan seorang suami memukul istrinya. Tetapi harus diperhatikan dengan seksama, alasan apa yang melatarbelakangi kapan seseorang boleh memukul istrinya? Istri yang bagaimana? Dalam situasi seperti apa? Tujuannya untuk apa? Dan cara memukulnya bagaimana?. Ayat tersebut terdapat dalam surat An-Nisa [4] ayat 34 yang artinya ”……. sebab itu, maka wanita yang sholeh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu kuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka menaati, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Jadi seorang suami boleh memukul istrinya jika ada indikasi istrinya tersebut telah nusyuz. Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang istri yang tidak bersahabat pada suami. Dalam Islam suami-istri ibarat satu jasad, jasadnya adalah rumah tangga. Keduanya harus saling menjaga, saling mengingatkan, saling menghormati, saling mencintai, saling menyayangi, saling mengasihi, saling memuliakan dan saling menjaga. Istri yang nusyuz adalah istri yang tidak lagi menghormati, mencintai, menjaga dan memuliakan suaminya. Istri yang sudah tidak lagi komitmen pada ikatan suci pernikahan. Misalnya, istri selingkuh dengan pria lain.
Jika seorang suami telah melihat gejala nusyuz dari istrinya maka Alqur`an memberikan tuntunan bagaimana mengambil sikap sehingga dapat mengembalikan istrinya ke jalan yang benar. Tuntunan itu terdapat dalam surat An-Nisa ayat 34 seperti yang telah disebutkan diatas. Disitu Alqur`an memberikan tuntunan melalui tiga tahapan:
Pertama, menasehati istri dengan baik-baik, dengan kata-kata yang bijaksana, kata-kata yang menyentuh hati. Dan tidak diperkenankan untuk mencela dengan kata-kata kasar. Baginda Rasul sendiri melarang hal itu karena kata-kata yang kasar lebih menyakitkan daripada tusukan pedang.
Kedua, jika cara pertama tidak mempan kemudian coba dengan cara pisah tempat tidur. Sikap ini bertujuan agar sang istri bisa merasa dan instropeksi diri. Dengan teguran seperti ini diharapkan istri bisa kembali sholeh. Karena istri yang benar-benar mencintai suaminya maka ia akan sangat terasa jika sang suami tidak mau tidur dengannya.
Ketiga, namun jika ternyata si istri memang bebal, naruninya telah tertutupi oleh hawa nafsunya dan tidak mau juga berubah setelah kedua peringatan sebelumnya, maka barulah cara ketiga digunakan, yaitu memukul. Nah, yang sering tidak dipahami oleh orang banyak adalah bagaimana ’prosedur’ pemukulan yang dikehendaki oleh Alqur`an itu. Suami boleh memukul dengan syarat: 1) Telah menggunakan kedua cara sebelumnya; 2) tidak boleh memukul muka; 3) tidak boleh menyakitkan (tidak sampai membekaskan luka).
Jadi dalam Islam seorang suami tidak diperkenankan memukul dengan sesuka hatinya. Sang suami harus mengikuti ketentuan yang telah dituntunkan di dalam ajaran Islam, karena jika tidak bukan penyelesaian yang didapatkan tetapi semakin banyaknya masalah yang akan mendera kehidupan rumah tangganya.
Rasulullah SAW sendiri juga pernah memberikan teladan kepada kita dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Diceritakan suatu ketika Beliau pulang larut malam dan ketika itu Siti Aisyah sudah tertidur pulas, Rasul dengan kecintaannya kepada sang istri dan tidak ingin mengganggu, Beliau tidak membangunkannya agar membukakan pintu karena tahu sang istri sedang beristirahat. Kemudian Beliau dengan sabar serta penuh pengertian tidur di luar rumah (bangku) saja. Dan ketika Siti Aisyah terbangun untuk melaksanakan shalat tahajjud tentu saja ia terkejut ketika mendapatkan Rasulullah tidur di luar rumah. Dan ketika Nabi terbangun apa yang dilakukannya? terlebih dahulu Beliau meminta maaf kepada Siti Aisyah karena telah pulang larut malam. Begitulah sikap Rasul yang sangat memuliakan wanita dan ini sesuai dengan ajaran Islam. Dari contoh tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa jika seorang istri diperlakukan seperti yang dilakukan Rasulullah maka tentunya kecintaan dan sikap hormat terhadap sang suami akan semakin bertambah.
Dengan menghayati benar-benar kandungan ayat suci Alqur`an dan sikap dari Rasulullah tersebut maka akan jelas sekali seperti apa sebenarnya ajaran Islam. Dan begitulah ajaran Islam dalam menyikapi seorang istri yang berperilaku tidak terpuji. Tetapi coba kita lihat ratusan data tentang perlakuan tidak manusiawi yang telah dilakukan oleh orang-orang Eropa pada istri mereka. Di Inggris beberapa abad yang lalu istri tidak hanya boleh dipukul tapi juga boleh dijual dengan harga beberapa poundsterling saja. Di Roma dengan imperium Romawinya yang sering disebut telah memiliki sebuah peradaban yang tinggi, apakah telah memposisikan kaum wanita sebagaimana seharusnya, apakah mereka telah memanusiakan manusia ketika mereka memperlakukan wanita dengan menperjualbelikannya layaknya hewan peliharaan?
Maka dari itu, apakah seperti yang telah dituduhkan dan diopinikan oleh Barat selama ini yang menyebutkan bahwa Islam telah menganggap rendah martabat kaum wanita itu benar? Apakah tuntunan yang bertujuan untuk menyelamatkan bahtera rumah tangga karena ada gejala istri yang hendak nusyuz kepada suami dan hendak menodai ikatan suci pernikahan dianggap sebuah perbuatan tiada beradab? Apakah mencegah dengan berusaha agar istri tetap sadar dan kembali taat serta tidak berbuat seenak nafsunya dan menghancurkan rumah tangga dianggap sebagai sikap menghinakan martabat kaum wanita? Dan apakah ajaran yang indah dan humanis seperti ini masih juga dianggap tidak adil dan beradab? Coba kita bandingkan dan pikirkan.
Islam sangat memuliakan wanita dan hanya seorang lelaki mulia yang memuliakan wanita. Dan surga itu berada dibawah telapak ibu (kaum wanita). Ini sungguh sangat bertolak belakang dengan apa yang telah diopinikan oleh bangsa Barat. Jika kita kaji lebih jauh sepertinya ada kepentingan-kepentingan tertentu yang telah memboncenginya dengan tujuan merusak opini tentang Islam dan pada akhirnya menghancurkan umat Islam. Dan kita umat Islam yang beriman jangan sampai ikut larut pengaruh yang tidak baik dari orang-orang, kelompok, dan bangsa yang tidak menginginkan Islam menjadi sebuah kekuatan besar seperti dahulu beberapa abad yang lampau, ketika Islam mencapai masa keemasannya.
Untuk mencegah itu semua maka kita umat Islam tidak boleh hanya tinggal diam, mari kita tunjukkan kepada dunia dengan mengabarkan bahwa opini mereka tentang Islam yang tidak menghargai martabat kaum wanita selama ini merupakan suatu hal yang keliru dan perlu dilakukan pembenaran dengan pernyataan dan argumentasi. Kemudian lanjutkan dengan cara memberikan teladan yang baik seperti yang telah di tuntunkan di dalam kitab suci kita Alqur`an dan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu memuliakan wanita serta menjunjung tinggi Alqur`an dan Sunnah sebagai pedoman untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Wallahu a`lam bish-showwab.