Selasa, 10 September 2013

Kebesaran Allah Yang Sejati

 

Kesepakatan Islam – Kristen tentang Allah


Kalimat diatas, adalah menjadi kenyakinan bagi umat beragama, terutama dianut oleh Islam dan Kristen.
Di dunia ini, terdapat pelbagai macam corak agama. Dan dapatlah dikatakan bahwa sejak dahulu kala, dari segala zaman, semua bangsa yang ada didunia ini, mempercayai akan adanya sesuatu zat ghaib, yaitu oknum yang mutlak berkuasa atas alam semesta ini, yang ada dengan sendirinya sejak semula sekali, sebagai penciptanya, yaitu Allah al Khalik.
 
Tentu saja, masing-masing Agama menyebutkan nama Allah ini dengan sebutan-sebutan yang sesuai dengan bahasanya atau pengertian bahasa Agamanya masing-masing.
 
Istilah "ALLAH", tidaklah menjadi monopoli sesuatu golongan atau sesuatu bangsa, dan juga bukan monopoli oleh sesuatu agama. Apakah yang  dapat diketahui oleh manusia tentang Allah?
 
Pada penulisan ini, kita tidaklah lagi merasa perlu mengemukakan bukti-bukti tentang adanya Allah, dipandang dari pelbagai segi. Cukup kita simpulkan saja, bahwa Dia adalah yang tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan, atau dengan kata lain, Dia adalah yang kekal adanya. Alkitab mengatakan demikian:”Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampat selama-lamanya Engkaulah Allah.” (Mazmur 90:2)
Penulis-penulis Alkitabpun tidak merasa perlu untuk membuktikan adanya Allah. Alkitab menganggap bahwa Allah itu ada, titik. Pada permulaan Alkitab, Kejadian 1:1, telah diceritakan bahwa:
 
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi"..:
 
Dalam Kitab Zabur, Mazmur 14:1 diperingatkan bahwa orang yang beranggapan bahwa Allah itu tidak ada (atheisme) adalah merupakan orang gila.
 
ALLAH, menurut pandangan Kristen dan Islam, adalah sama sepakat, yaitu :
 
1.    ALLAH, KHALIK LANGIT DAN BUMI (ALLAH SEMESTA ALAM)
 
Al-Quran:   s.An Nisaa 4:126, 131: s.An Nur 24: 42; s.Al Maidah 5:120; dan lain-lain.
Alkitab:       Yesaya 43:15, Matius 11:25, Lukas 10:21; Kis.4;24; Wahyu 4:11, dan lain-lain.
 
Allah, adalah pencipta. Dia adalah Khalik semesta aalam, zat wajibal wajud, ada dengan sendirinya. Yang lain dari Dia, adalah makhluk yang diciptakan olehNya.
Rasul Paulus menjelaskan sebagai berikut: “.. namun bagi kita hanya ada Satu Allah saja, yaitu Bapa, yang daripadanya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup..” (1 Korintus 8: 6a)
           
… sebab punyaKu-lah dunia dan segala isinya”. (Mazmur 50:12)
… sebab Akulah yang empunya seluruh bimi …” (Keluaran 19: 5b)
 
Allah itu adalah pemilik segala sesuatu. Karena itu, bagi setiap orang Kristen yang baik, dia akan menginsafi akan dirinya, bahwa apapun yang ia peroleh atau miliki dan yang dapat dipergunakannya pada saat sekarang ini, adalah tidak lebih dinilainya daripada hak pakai sementara dari pemiliknya, yaitu Allah itu sendiri.
 
2.  ALLAH ITU ESA ADANYA.
 
Al-Quran:   s.Al.Ikhlas 112:1; s.An Baqarah 2:163; dan lain-lain.
Alkitab :     Yesaya 45:5; Yohanes 17:3;5:44; Roma 3:30; 1 Kori.8: 4-6 dan lain-lain.
 
Kalau kita mau melihat kepada perbandingan-perbandaingan yang jujur dari kedua ajaran Agama, yaitu Islam dan Kristen, nyatalah keduanya bersumberkan kepercayaan Nabi Ibrahim, Bapa yang mewariskan iman kepada Tiga Besar Agama, yaitu Monotheisme atau Tauhid, yaitu berAllah-kan Yang Maha Esa.
Dalam keMahaesa-an Allah ini, jelas dapat dibaca dalam Alkitab dan Al-Quran. Salah satu diantaranya tertulis dalam Al-Quran s.Al Ikhas 112:1 “Qul huwa’llahu ahad” (katakanlah: Allah itu Esa). Begitupun dalam Alkitab dapat kita baca dalam kitab Ulangan 6: 4-5 demikian; "Dengarlah hari Israel! Sesungguhnya Hua Allah kita itu Esa adanya".
 
“Akulah Tuhan dan tidak ada lain; kecuali Aku tidak ada Allah”. (Yesaya 45:5) Injil Yohanes 17:3 mengatakan;” Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenai Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai Isa Al-Masih yang telah Engkau utus.”      
 
Karena itu jelaslah, bahwa tuduhan-tuduhan setengah orang dari golongan Islam yang mengatakan bahwa Agama Kristen tiu, tidaklah berAllah-kan Maha –Esa, tetapi malah berAllah-kan Maha-Tiga, adalah merupakan suatu tuduhan atau prasangka yang keliru.
 
Mengenai masalah “keMahaesaan Allah” ini, akan diuraikan kembali secara khusus dalam buku ini pada halaman lain, dibwah judul “keMAHAESA-AN ALLAH”.
 
3. HANYA ALLAH YANG WAJIB DISEMBAH.
 
Al-Quran:   s.Asy Sura 42:10, s.Maryam 19:36; s.An nahl: 16:36
Alkitab: Ulangan 6:13-14, Matius 4:10, Lukas 4:8; Yohanes 4:23 dan lain-lain.
 
Alkitab menegaskan, bahwa segala penyembah yang benar itu akan menyembah Allah itu dengan Roh dan Kebenaran - Yohanes 4: 23.
Sayidina Isa telah berkata:” …. Engkau harus menyembah yang benar itu, akan menyembah Allah itu dengna Roh dan Kebenaran". - Yohanes 4:23.
Isa  bersabda : ”…. Engkau harus menyembah Tuha, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”. (Lukas 4:8, Matius 4:10).
Dalam  kitab Ulangan 6:13 tersurat demikian: "Engkau harus takut akan Tuhan,Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah";.
Yosua 24: 14-15:”beribadahlah hanya kepada Tuhan saja, tidak kepada ilah-ilah lainnya, Ulangan 6:13: Kepada Dia kita harus beribadah.
 
Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab, tidak akan memperilahkan yang lain di hadirat Allah.
Mengenai masalah ini akan diuraikan kembali pada halama lain dibawah judul “Masalah Syirik dalam ajaran Kristen”.
 
4.   ALLAH ITU TIDAK ADA PERSAMAANNYA.
 
Al-Quran :  s.Asy Sura 42:11
Alkitab:  Mazmur 86: 8; Yesaya 40: 25-26; 2 Sam 7: 22
 
Sesuai dengan makna Allah itu Maha Esa, artinya hanya satu-satunya tidak persamaannya dengan yang lain. Dia Maha Esa zat-Nya, tidak ada zat lain yang sama dengan-Nya. Dia Maha Kuasa, tidak ada persamaannya kuasa yang tertinggi lainnya hanya Dia, dan sebagainya. Dalam istilah ajaran Tauhid Islam di katakan Mukhalafat Hu ta’a’I lil hawadith artinya yang berbeda dengan segala apa yang baharu (alam).

Dalam Alkitab dikatakan:”Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah, sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau….” (2 Samuel 7:22)
 
5.   ALLAH ITU TIDAK NAMPAK DIPANDANG MATA
 
Al-Quran:   s.Al Hadid 57:3
Alkitab:  Yohanes 1: 18, 5: 37; 1 Yohanes 4:12; 1 Tom 6: 15-16
 
Alkitab mengatakan, bahwa “Allah itu Roh adanya” (Yohanes 4:24). Karena Allah tidak berdarah daging. Dia adalah suatu zat ghaib. (a zat – immeteriil) yang tidak terlihat pada pandangan mata inderia manusia.
 
Dalam Yohanes 1:18 ditegaskan, bahwa: 'Tidak seorang yang pernah melihat Allah’ tetapi Putera Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya “Makna menyatakan-Nya” disini, adalah tentang “menampakkan tentang adanya Allah yang tidak nampak itu”.
 
Dalam nats lain dikatakan ”Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia “(1 Timotius 3:16).

Bagi saudara kita yang beragama Islam, kalimat diatas, mungkin dapat dibandingkan dengan nats Al-Quran yang terdapat dalam s.Al Hadid 57:3 yang mengatakan:”Dialah yang Awal dan Yang Akhir, yang Zhahir dan Yang bathin ….”

Makna perkataan “Yang Zhahir, yakni yang nampak”,  dalam penafsirannya no. 1453 (Quran dan Terjemahannya dari Dep. Agama R.I.) dikatakan:” Yang Zhahir ialah Yang nyata adanya, karena banyak bukti-buktinya dan “yang bathin” ialah yang tidak dapat digambarkan hikmat dan zat-Nya oleh akal.”
 
Jadi makna yang dikatakan “menyatakan” menurut Alkitab, adalah semakna dengan “yang zhahir” menurut Al-Quran. Hal ini akan dijelaskan kembali pada uraian lain, dibawah  judul “keIlahi-an Isa Al-Masih”.
 
Rasul Paulus dalam suratnya 1 Timotius 6:16 kembali mengatakan;” ….Seorangpun tidak pernah melihat Dia dna memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNya-lah hormat dan kuasa yang kekal.
 
6.   ALLAH YANG RAHMANI DAN RAHIMI
 
Al-Quran    : s.Al Fatihah 1:3
Alkitab :  1 Yohanes 4:7-8; Mazmur 145:8
 
Alkitab mangatakan, bahwa ;”Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8). Dalam Mazmur 145:8 dikatakan:”Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.”
 
Allah yang Rahmani dan Rahimi menurut ajaran Kristiani, ialah Allah yang memberi, meng-anugerahi, tanpa menuntut sesuatunya dari umatnya yang disantuni tersebut sebagai imbalan.
 
Ada banyak diantara agama di dunia ini, yang mengjarkan bahwa keselamatan kekal di alam sorgawi itu akan dianugerahkan Allah keapda siapa saja dengan perhitungan dosa manusia itu, akan dinilai satu persatu dalam suatu masa penghukuman keadilan teakhir. Jika seseorang dimasa hidupnya dialam duni ini, lebih banyak berbuat dosa, ia akan dimasukkan kedalam hukuman neraka. Tetapi kalau ia lebih banyak berbua amal, ia akan mendapat kehidupan kekal dalam Sorga.
 
Kalau kita mendalami makna pengertian bahwa Allah itu adlah “Pengasih dan Penyayang”, bahkan “Maha Pengasih dan Maha Penyayang”, maka balance system demikian ini, malah meniadakan sifat keRahim-an dan keRahma-an Allah itu sendiri. Karena anugerah Sorga itu, hanya akan dapat ditentuakn dengan hasil usaha perbuatan sendiri.
 
Seorang pekerja buruh mendapat upah, adalah wajar, tetapi tidaklah dapat diartikan bahwa sipemberi upah itu adalah seorang yang Rahim. Jika seseorang memberikan sesuatunya kepada orang lain, baik karena diminta ataupun tidak diminta, dan tidak menuntut sesuatu imbalan, sipemberi itu, dapat dikatakan seorang yang rahim, seorang pengasih. Begitulah Allah yang Rahimi, pasti tidak akan menuntut, tetapi memberi, menganugerahkan.

Tidaklah mungkin manusia, akan dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan amalnya sendiri, tanpa anugerah Allah.

Manusia akan lebih banyak berbuat dosa, daripada berbuat amal saleh. Andaikata perbuatan amal itu yang dapat menentukan keselamatan seseorang, maka pastilah perhatian orang-orang berdosa, tidaklah lagi diarahkan kepada harap Kasih – Anugerah pengampunan Allah.

Rasul Paulus mengatakan:”Sebab karena kasih karunia, kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah itu, bukan hasil pekerjaanmu" “(Efesus 2:8)
Rasul Petrus mengatakan dalam Kis. 2:38 demikian:” Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Isa Al-Masih untik pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus ….
 
“…. Orang benar akan hidup oleh Iman”. (Roma 1:17; Habakuk 2:4).
 
Kalau demikian, apakah kita sudah tidak perlu berbuat amal baik lagi, karena sudah mengaku percaya itu?
 
Tidak! Bukan demikian maksudnya.
 
Berbuat amal saleh, adalah memang perbuatan orang beriman. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31 mangatakan:”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanla semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
 
Dan setiap perbuatanyang baik, mamang mendapat pahala. Tetapi yang menentukan kehidupan kekal itu, yang menentukan keselamatan dialam sorgawi itu, bukanlah sebab amal-amalnya, melainkan semata-mata Anugerah Allah karena iman, karena percaya.
 
Isa  dengan tegas mengatakan:”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan pecaya kepada Dia yan gmengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan tidak turut dihukumkan, sebab ia sudah pindah dari pada maut kedalah hidup”. (Yohanes 5: 24)
 
Uraian mengenai masalah ini, akan diuraikan kembali secara khusus pada halaman lain dibawah judul “Anugerah Keselamatan
 
7.  ALLAH YANG KEKAL DAN MAHA KUDUS
 
Alikitab:   Mazmur 90:2
 
Allah adalah yang kekal, tidak berpermulaan dan tidak berakhir.
Ehyeh asher ehyeh = Akulah yang Ada; aku ini ADA. Dalam ajaran Islam dikatakan sebagai hakikat : Zat wajibal wujud
 
 

keMAHAESA-AN ALLAH


Menurut sejarah, Agama Kristen adalah bersumberkan dari Nabi Ibrahim (Abraham).

Nabi Ibarahim mempunyai dua orang anak laki-laki, yaitu:
1.       Ismail, dari ibunya yang bernama Hagar (Kejadian 16:15)
2.       Ishak, dari ibunya yang bernama Sarah (Kejadian 21:3, Matius 1:2)

Dari Ishak melahirkan bangsa Yahudi. Dan dari bangsa ini lahirlah Nabi-nabi Besar, seperti:Musa, Daud dan Sayidina Isa (Isa Almasih). Dan dari Ismail, melahirkan bangsa Arab dilahirlah diantara bangsa ini Nabi Besar Muhammad, rasul agama Islam.

Tiga agama besar ini, yaitu:

1.       Agama Yahudi, dengan Nabi Besar-nya Musa. Kitab-kitabnya adalah Taurat. Termasuklah juga didalamnya Kitab Zaur Nabi Daud, serta Kitab Nabi-nabi lainnya, yang terkumpul menjadi satu dalam Kitab Suci “Perjanjian Lama”.

2.       Agama Kristen (Nasrani), yang timbul karena Karya Keselamatan Isa Al-Masih (Isa almasih) dengan Injil , yang berarti Berita Keselamatan atau Berita Kesukaan. Kemudian Berita keselamatan Injil ini tertulis dalam Kitab Suci yang bergelar "Perjanjian Baru"
  
3.       Agama Islam, dengan Nabi Besarnya Muhammad s.a.w. Kitab Sucinya adalah Al Quran”.
 
Ketiga Agama Besar ini, merupakan “Agama Serumpun”, yang sama-sama berlandaskan “TAUHID” atau “MONOTHEISME”, yaitu suatu agama yang mengakui keEsaan Allah. Artinya, tidaklah ada Ilah atau tuhan yang lain, disamping Allah yang Maha-esa itu.
 
           Memang ada sementara orang yang merupakan penentang Agama Kristen, sering mengatakan bahwa Kristen itu, bukanlah Agama yang berAllah-kan Maha Esa, tetapi malah berAllah-kan Maha Tiga, artinya golongan yang menyembah Tiga Allah.

            Sdr. Sidi Gazalba dalam bukunya yang berjudul “Perbandingan Agama Praktis keTuhanan Nasrani-Islam” yang diterbitkan oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia – Jakarta merupakan Serial Media  Da’wah no. 13, yang menggambarkan keMaha-Esa-an Allah menurut ajaran Kristen, yang diaturnya dalam bentuk soal jawab. A.Sebagai seorang Kristen, dan B sebagai seorang Islam sebagai berikut:
 
A-    Sifat ketuhanan kami tidak perlu dimengerti oleh akal.
 
B-     Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha-Esa. Sifat Tuhan disebut Ketuhanan. Maka sifat Tuhan kami adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan tuan ialah Tuhan Yang Maha Tiga. Maka sifatnya ialah Ketuhanan Yang Maha Tiga. Apabila Ketuhanan kita masing-masing dihadapkan kepada Pancasila, terbuktilah bahwa faham Ketuhanan kamilah yang jadi asal moral Pancasila. Sila utama Pancasila ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Ketuhanan Yang Maha Tiga. Dalam perjalanan sejarah Pancasila, fakta-fakta sejarah membuktikan peranan utama dilakukan oleh orang-orang Islam.
 
C-   Ya, tetapi kami menyetujui Sila Ketuhanan Yang Maha esa sekalipun kami berpaham "Ketuhanan Yang Maha tiga”
 
            Demikainlah sekelumit Tanya jawab Islam-Kristen yang dibuat oleh Sdr.Sidi Gazalba, dlam bukunya tersebut pada halaman 20. Sekiranya si A yang digambarkan oleh Sdr. Sidi Gazalba itu, memang benar-benar ia seorang Kristen, pastilah ia seorang Kristen yang konyol. Tetapi untunglah, bahwa si A itu, hanyalah seorang Kristen khayalan yang dikhayalkan oleh Sdr. Sidi Gazalba sendiri. Uraian demikian, adalah merupakan suatu bukti akibat tidak adanya pengertian yang wajar tentang Iman Kristen. Dapat dipastikan bahwa Sdr. Sidi Gazalba, memahami Agama Kristen itu, hanyalah meraba-raba dari hasil dengar-dengaran, kabar angin dan omong kosong saja, bukan hasil penelitiannya sendiri secara yang sunguh-sungguh berilmiah.

            Islam dan Kristen, kalau kita meliha kepada perbandingan-perbandingan yang jujur dari kedua ajaran Agama ini, nyatalah keduanya bersumberkan kepercayaan Nabi Ibrahim, bapa yang mewariskan  iman kepada Tiga Besar agama, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam dengan dasar imanyng sama, yaitu TAUHID atau MONOTHEISME yaitu berAllah-kan Yang Maha Esa.

            Dalam hal keMahaesa-an Allah ini jelas dapat dibaca dalam Alkitab dan al-Quran.
            Salah satu diantaranya tertulis dalam ‘al-Quran s.Al. Ikhlas 112:1 “Qul huwa’ilahu ahad (Katakanlah - Allah itu Esa).
 
            Begitupun dalam Alkitab dapat kita baca dalam Kitab Ulangan 6:4-5 demikian: "Dengarlah hai Israel! Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu esa adanya”. Juga dalam Injil Yohanes 17:3 dikatakan: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Isa Al-Masih yang telah Engkau utus”.

            Karena itu jelaslah, bahwa tuduhan-tuduhan setengah dari mereka yang mengatakan bahwa Agama Kristen itu bukan berAllahkan Maha Esa, tetapi malah berAllahkan Maha-Tiga, adalah merupakan suatu tuduhan yang keliru.

            Jika demikian, dimanakah letaknya kekeliruan ini?

Memang masalah ini perlu diterangkan, perlu diuraikan secara terbuka, agar kekeliruan dan kesalah-fahaman ini tidak berpanjangan yang mengakibatkan menyuramkan hubungan kerukunan beragama di tanah air kita Indonesia ini, terutama Islam dan Kristen.
 
Orang-orang Islam dan Kristen, memang hidup dalam kerukunan dan seharusnya, berkasih-sayang.
 
            Kalau kita mau meneliti dengan seksama isi Al-Quran, akan ternyatalah bahwa orang-orang Islam dan Kristen itu sebenarnya dipupuk agar dapat hidup berkasih-sayang, berko-eksistensi, jauh daripada berprasangka, ataupun rasa musuh satu sama lainnya.

            Al-Quran s.Al maidah 5:82 mengatakan demikian:  ”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: ”Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Quran 5:82).

            Dalam maksud yang sama, Alkitab mengatakan :”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Markus 12;31)

            Jelaslah, bahwa sesungguhnya umat dan Agama Nasrani (Kristen) itu bukanlah musuhnya umat dan agama Islam.

            Tetapi dalam pengalaman sehari-hari, memang sering terajdi, dimana oleh banyak pemimpin-pemimpin Islam menganggap bahwa pengajaran Agama Kristen itu adalah musuhnya ajaran agama islam dalam menegakkan kebenaran tauhid keMahaesaan Allah. Sering terasa dalam membawa pengajaran Agama Islam ini, dipertantangkan dengan Agama Kristen, kadang-kadang terasa sangat tajam.

            Sesungguhnya, jika kita masing-masing mau secara jujur dan bersungguh-sungguh meneliti pengajaran Agama islam dan Kristen ini, terutama dalam masalah Tauhid ke Mahaesaan Allah ini, tidaklah ada yang harus dipertantangkan, dan memang tidak ada yang diprasangkakan.

            Suatu hal yang sudah umum dan sering terjadi bahwa ajaran-ajaran ke Kristenan itu disanggah oleh orang-orang Islam, bukanlah dengan suatu sanggahan yang bernilai argumentasi, tetapi berisikan luapan emosi dengan pelbagai cemuhan-cemuhan yang cukup menyakitkan hati.

            Apakah dalam pengajaran mempertentangkan Agama ini, harus kita layani yang serupa pula? Tidak! Setiap orang Kristen tidak dibenarkan melayani secara permusuhan. Setiap orang Kristen, diharuskan melayani mereka dengan kasih sayang. Kepada mereka hendaklah diberi jawab yang baik dan wajar, sebagaimana digariskan dalam 1 Petrus 3:15-16 :
 
“Tetapi kuduskanlah al-Masih di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam al-Masih, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”
 
Rasul Paulus dalam Suratnya, Epesus  6:18-20 mengatakan :
 
“Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”
 
     Kita harus berbuat demikian, karena yakin  bahwa apa yang mereka serang, yang mereka cemuhkan mengenai keimanan Kristen itu, hanyalah disebabkan kesalah-fahaman dan prasangka-prasangka yang tidak beralasan.
 
            Isa Al-Masih sendiri telah memberikan amanatnya dengan tegas Ia mengatakan:”…. Kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orng mencaci kamu.” (Lukas 6:27-28). “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! (Roma 12: 17).
            Jika kita masing-masing pihak menghayati kedua macam amanah Kitab Suci di atas, dapatlah kita pastikan bahwa kerukunan beragama itu, semangkin nampak dan dapat dinikmati denganpenuh kedamaian.
 
            Sumber dari kesalah-fahaman ini adalah disebabkan cara memahami ajaran Agama Islam, langsung sitrapkan untuk memahami ajaran Agama Kristen. Cara demikian, jelas tidak benar, dan tidaklah mungkin akan mendapatkan pengertian yang wajar menurut iman Kristen dan juga ajaran sebenar Alkitab.
 
            Dalam Ilmu Perbandingan Agama, baik untuk antara Islam degan Kristen, maupun dengan agama-agama lainnya, mengharuskan kepada setiap orang berkepentingan terlebih dahulu mengerti beberapa istilah-istilah kata-kata tertentu yan dipergunakan oleh masing-masing agama itu, memahami dengan baik akan perbedaan pengertiannya pada istilah-istilah yang penyebutannya sama, seperti istilah kata “Tuhan Rohulkudus, Rasul Kesaksian”, dan lain-lain, begitupun persamaannya – membandingkan persamaannya – dalam istilah-istilah kata yang penyebutannya berbeda, seperti kata-kata “Sifat, Taufiq, al Hidayat" dibandingkan dengan kata-kata "Oknum, Penolong (Paracletos) dan lain-lain”, yang dikaitkan dengan keilahian. Cara ini pada umumnya dilupakan orang. Dan disinilah letaknya kesalah-fahaman itu, merupak batu sandungan untuk memahami secara wajr.
 
Penelitian yang sungguh-sungguh atas Alkitab menimbulkan pengertian yang wajar.
 
Agama Kristen dengan Alkitab-nya dalah merupakan Agama yang terbuka, dapat diperiksa, dibanding dan diteliti akan kebenarannya.
 
Alkitab telah diterjemahkan lebih dari 1.600 bahasa Nasional dan Wilayah di seluruh dunia. Masing-masing bangsa dapat memahaminya dengan mudah dalam bahasa ibunda mereka sendiri..
Kita mengetahui bahwa banyak diantara saudara-saudara kita yang beragama Islam, bahkan juga Lembaga-lembaga Perguruan Menengah dan Tinggi, memiliki Alkitab atau Bible ini, dengan maksud sebagai Comparative study (Penelitian membanding) terutama dengan Al-Quran. Ini adalah memang merupakan suatu langkah permulaan yang baik.

            Agar hasil penelitian itu berhasil dengan baik dan wajar, syarat utamanya adalah agar memandang Alkitab atau Holy Bible itu, bukan sebagai “musuh”, tetapi terimalah dia sebagai teman yang akan menerangkan sesuatunya dengan benar menurut iman Kristen. Pikiran hendaklah dikosongkan daripada rasa prasangka dan tuduhan-tuduhan yang belum dibuktikan kebenarannya. Berusahalah membacanya untuk mengerti secara wajar, artinya janganlah membaca hanya sekedar untuk mencari-cari ayat yang dapat dijadikan masalah guna dibantah atau diperdebatkan nantinya. Lebih baik lagi, jika masing-masing orang mau berdoa menurut keyakinan agamanya, meminta agar Allah memimpin dalam penelitian itu, supaya dapat mengerti secara wajar apa-apa yang dibaca didalamnya.

            Pengalaman menunjukkan, bahwa banyak diantara Pemimpin-pemimpin islam, guru-guru Islam, Para Mubaligh-Mubaligh Islam, yang melancarkan  kritik terhadap ajaran agama Kristen terutama dalam bidang keMahaeasa-an Allah ini, sebenarnya mereka sendiri belum pernah memeliti menyelidiki sendiri secara sungguh-sungguh, berfikir mempertimbangkan sendiri hasil penelitiannya dalam arti yang sebenarnya. Tuduhan-tuduhan dan kritik-kritik yang mereka kemukakan, sebagian besar adalah hanya menyadur pendapat orang lain, hanya menjiplak pendapat orang yang terdahulu yang juga hasil jiplakan dari pendapat-pendapat yang terdahulu lagi ….. terdahulu lagi, dan seterusnya tanpa pertimbangan sendiri secara langsung dan meyakinkan.

            Mungkin ada pula diantara mereka yang membuka Alkitab, mencari ayat-ayat yang dapt dijadikan dalil penunjang bagi keyakinannya sendiri. Dalam cara demikian ini jelaslah, mereka tidak akan menemukan kebenaran Alkitab dalam makna penyelitian yang wajar dan obyektif.

            Selain dari kesalah-fahaman mengenai “kemahaesaan Allah” menurut ajaran Kristen ini, juga bagi mereka perlu diberikan penjelasan-penjelasan tentang makna dan pengertian gelar “Tuhan” bagi Isa Al-Masih, sebutan “Putera Allah”, pengertian “Tritunggal”, tentang makna “Dosa Warisan dan Penebusannya”, tentang hal “Salib dan Kewafatan serta Kebangkitan Isa ”, hal “keaslian dan Kewibawaan  Alkitab”, juga prasangka tentang ada tidaknya nubuat kenabian  Muhammad dalam Alkitab.

            Pada kesempatan ini, akan penulis usahakan agara uraian-uraian mengenai masalah-masalah diatas diuraikan seberapa bisanya, agar kesalah-fahaman itu dapat dihindarkan diganti dengan pengertian yang wajar saja, lepas dari masalah percaya atu tidak percaya.
 
            Meneliti untuk memahami secara wajar, tidaklah berarti menanggalkan keimanan seseorang terhadao agamanya yang diyakininya terdahulu. Mengaku percaya adalah merupakan permasalahannya trsendiri, karena hal itu semua adalah semata-mata Kuasa Rohulkudus.
 
Disamping penelitian Alkitab, juga perlu sepenelitian atas Al-Quran.
 
            Bagi mereka yang berkeinginan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pengertian yang baik sebagai hasil “Penelitian untuk Ilmu Perbandingn Agama”, mengharuskan kepada yang berkepentingan disamping mengadakan penelitian atas kebenaran Alkitab, juga perlu mengadakan penelitian dengan seksama terhadap Al-Quran.
           
Penelitian atas Al-Quran yang penulis maksudkan disini, bukanlah dalam arti untuk menyimpulkan apakah Quran itu benar-benar wahyu Allah atau bukan. Bukanlah itu yang dimaksudkan.
 
            Penelitian yang penulis maksud, ialah agar setiap ayat atau nats Al-Quran yang dikemukakan sebagai dalil untuk menolah kebenaran ajaran Kristen itu, baik masalah keEsaaan Allah, Pengertian Tritunggal, pengertian keilahian Sayidina Isa , pengertian Putera Allah, yang terdapat dalam al-Quran itu diteliti secara teliti yaitu makna pengertian yang sesungguhnya keapda siapa ayat itu ditujukan, sebab musababnya ayat itu ada menurut sejarah dan konteksnya. Jadi janganlah berhenti hanya menurut terjemahan harfiahnya saja, yang sering memimbulkan kesalah-fahaman.
 
            Hal ini saya buktikan pengalaman-pengalaman yang terjadi pada uraian-uraian berikut ini, kesalah-fahaman yang seharusnya tidak perlu terjadi, jika memang berdasarkan penyelidikan yang teliti.
 
Sebagai contoh, marilah kita teliti masalah-masalah dibawah ini:

1.   Nats Al-Quran s.Al. maidah 5: 73
 
“Laqad kafaral ladzi qaluu innallooha syalisyun syalasyatin, wamaa min illaahin illa ilahun wahid”, (artinya: Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga,” padahal sekali kali tidak adan Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa).

Terjemahan ini dikutip dari penerbitan Proyek Pengadaan Kita suci Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia, 1975/1976.
 
Menurut pengalaman, nats Al-Quran diatas sering dikemukakan sebagai dalil menolak keTuhan-an Isa Al-Masih, dan pengertian “Tritunggal”. Sekarang marilah kita coba menelitinya makna pengeritan nats Al-Quran ini secara wjar, apakah memang benar-benar untuk menolak sifat keilahian Isa Al-Masih.
 
Kata “ILAHIN”, pada ayat diatas diterjemahkan “Tuhan”. Meskipun terjemahan ini tidak salah menurut pandangan ajaran Islam, tetapi kurang wajar dan kurang tepat, kalau hendak dijadikan bahan Ilmu Perbandingan Agama dengan ajaran Kristen. Lebih tepat dan wajar, kalau kata “Ilahin” itu diterjemahkan dengan “Ilah”.
 
Dengan terjemahan yang wajar ini dapatlah kita membandingkannya dengan Alkitab, apakah ayat ini memang benar-benar ditujukan kepada penganut Kristen (Nasrani) ataukan kepada golongan lain.
 
Kalau ada yang berpendapat, bahwa memang ayat itu ditujukan kepada golongan Kristen, baiklah kita periksa Kitab Keluaran 20:2-3 yang berbunyi demikian: “Akulah Tuhan, Allahmu …..
 
Jangan ada padamu allah (ilah) lain dihadapanku” (bacalah juga Ulangan 5:7, Lukas 4:8).
Melihat kepada kenyataan atas perbandingan kedua nats diatas (Al-Quran dan Alkitab), jelaslah bahwa ayat s.Al Maidah 5:73 itutidak ditujukan kepada penganut Kristen, tetapi kepada golonganlain, dalam hal ini menurut sejarahnya adalah kepada kaum yang bertuhankan banyak (Poytheisme) sebagaimana juga halnya Quran s.Al Ikhlas 112:-4 bukan ditujukan kepada golongan Kristen Nasrani).
 
Kalau ayat ini ada orang yang ingin mengisyaratkan sebagai peringatan bagi penganut Kristen, maka akan sama artinya mereka-orang itu-menuduh bahwa Allah Yang Maha Tahu menurut ajaran Islam itu, malah tidak tahu akan apa-apa yang ada tersurat dalam Alkitab, yang keberadaannya lebih dahulu ada daripada AlQuran itu sendiri. Sebab dalam Alkitab tidak pernah ada anggapan sebagaimana tertulis dalam ayat Quran tersebut. Apakah mungkin terjadi demikina? Hal ini dapat pula dibuktikan dengan kesaksian Al-Quran itu sendiri pada ayat sebelumnya, yaitu Al-Maidah 5:72 sebagai kesaksian Isa Al-Masih dikatakan demikian:  "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam:, padahal al Masih (sendiri) berkata: Hai Bani Israel sembahlah Alalh Tuhanku danTuhamnu.”
 
Kesaksian ayat Al Quran ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Isa  sendiri dalam Injil Markus 12: 2930 dikatakannya demikian:
 
“Jawab Isa :” Hukum yang terutama ialah: Dengarlah , hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa, Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”
 
Dalam Injil Yohanes 20: 17 Isa(as) mengatakan demikian:”….. bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.” (Yosua 24: 14-15, Ulangan 6:13).
 
Sekarang jelaslah, bahwa kesaksian Al-Quran itu memang sesuai dengna kebenaran Alkitab, bahwa Isa  sendiri tidak pernah mengatakan :”Akulah Allah”, dan Iman Kristen manapun juga tidak pernah mengatakan demikian.
 
Perkataan: ”Allah didalam Isa Al-Masih” atau “Allah Bapa didalam Isa Al-Masih”, kiranya tidaklah akan salah tafsir. Perkataan ini sesuai dengan nats Alkitab yang antara lain terdapat dalam Yohanes 10: 38 yang berbunyi:” ….. bahwa Bapa didalam Aku dan Aku didalam Bapa “. (Masalah ini akan diuraikan kembali dalam halaman lain dibawah judul: ”Apakah Isa  itu Allah ataukah Manusia?"
 
Kalau demikian, kepada siapa sebenarnya nats Al-Quran s.Al. maidah 5:73 itu ditujukan?
 
Menurut Al-Quran sendiri yang berallahkan banyak itu, adalah kaum Polytheisma yang disebutkan dalam Quran s.An Najm 53: 19-20 “Maka apakah patut kamu (hai orang musrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian”. Pada Tafsir no. 1432, dikatakan “Al Lata, al Uzza dan Manah adalah nama berhala berhala yang disembah orang Arab-Jahiliyah".
 
Jika demikian, dapatlah kita menyimpulkan, bahwa yang dimaksudkan oleh nats A;-Quran s.Al.Maidah 5:73 adalah kaum Polytheisme yaitu orang-orang Arab Jahiliyah, bukan umat Nasrani.
 
2.  Nats Al-Quran s.Al. Maidah 5: 116
 
“Wa idz qala’llaahu Ya ‘Isa bnu Maryam, a anta quita linnasit takhidzu ni wa ummiya ilaahaini min duni’llahi …” (dan ingatlah) ketika Allah berfirman “Hai Isa putera Maryam , adakah kamu mengatakan kepada manusia : ”Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan (sembahan) selain Allah?"
 
Penjelasan penulis mengenai ayat ini, hampir sama saja dengan nats Al-Quran s.al. Maidah 5:73. Kata “Ilahaini”, tidak tepat terjemahan “dua Tuhan”, tetapi lebih wajar kalu diterjemahkan “dua ilah, atau dua sembahan”.
 
Dengan terjemahan yang wajar dapat kita kembali membandingkannya dengan Alkitab, yaitu Keluaran 20:2-3, Ulangan 5:7 serta Lukas 4:8
 
Sebagaimana halnya nats Quran Al Maidah 5: 73 demikianlah juga Al Maidah 5: 116 tidaklah kena mengena untuk diisyaratkan kepada ajaran Kristen.
 
 
3.  Nats Al-Quran s.Al. Kahfi 10
 
    “Afachasiba’lladzina kafaru ayat takhidzu ‘ibadi min duni auliyaa’.
    'Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hambaKu menjadi penolong selain Aku?'  Mahmud Yunus menterjemahkan: …. 'Mengangkat hamba-hambaKu menjadi Tuhan, selain daripada KU?'
 
Terjemahan yang serupa Mahmud Yunus, terdapat juga pada golongan Ahmadiyah.
Nats ini pada umumnya hendak dijadikan dalil menafikan keilahian Isa .
Dalam Al-Quran ada 3 golongan yang dituduh menjadikan hamba-hamba Allah, menjadi Tuhan, yaitu:
 
1.  Kaum Polytheisme, lihat Quran s.an Najm  53: 1930 tentang al-Lata, al-Uzza dan Manah.
2.  Kaum Yahudi; Lihat Quran s.Al Baqarah 9:51 hal anak lembu yang disembah.
3.  Kaum Nasrani, seperti tersebut dalam q.s.Al Maidah 5: 116 (ulasan atas nats ini lihat nomor 2 diatas)
 
Mengenai ayat 102 al Kahfi inipun, jelaslah pula  tidak kena mengena dengan ajaran Kristen. Karena ayat ini mengatakan “wa’ibadi min duni auliyaa” (dan menjadikan Tuhan lain dari padaku). Kata “Tuhan …" di dalam ayat ini ditujukan kepada kafir musyrik yang memberhalakan sesuatunya, bukan kepada golongan Nasrani.
 
Gelar “Tuhan” bagi Isa Al-Masih, adalah dalam bahasa Arab disebut “Rabb”. Misalnya terdapat dalam Kitab Suci Injil, Roma 10:9 dalam bahasa Arab dikatakan:
"Liannaka in a’tarafta bimamika bir Rabbi Yasu’a wa aamanta biqalbika inna’laha aqamahu minal amwati khalashta”.
Uraian khusus mengenai gelar “Tuhan” bagi Isa  ini, dapat diperiksa pada halaman lain dibawah judul “keilahian Isa ”, pada sub judulnya :” Ke Tuhanan Isa Al-Masih”.
 
4.  Nats Al-Quran s.Al Kahfi 18:4
 
“Wa yundzira qalut takhidza’ilahu waladan”,  Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata: "Allah mengmbil seorang anak”.
Nasts lain yang senada adalah Quran s.Al Ikhlas 112:3 “Lam yalid wa lam yulad” (Tidak ia beranak dan tiada pula diperanakkan).
 
Kedua macam nats Al-Quranini selalu dijadikan daliluntu menolak ajaran Kristen yang menyebutkan Yeus itu “Anak Allah”.
Sebelum saya membahas mengenai dalil tersebut, baiklah juga kita mengenal bahwa ada 3 golongan dalam Al-Quran yang dituduh mengatakan bahwa “Allah mempunyai Anak”, yaitu: 
(1)        Kaum poytheisme, yang dikenal dengan Quran s.Al. Ikhlas dan Quran s.al.Jin 72:3 “… Dia tidak beristeri dan tidak beranak.
(2)        Kaum Yahudi , yang disebutkan dalam Quran s.At Taubah 9:30 “Orang Yahudi berkata:   .. ”Uzair itu Putra Allah …)
(3)        Kaum Nasrani, yang disebutkan dalam Quran at Taubah 9:30b “…. Dan orang Nasrani berkata ..Al Masih itu Putra Allah”.
Meskipun dalam ajaran Kristen itu memang dikatakan “Isa  Anak Allah”, tetapi tidaklah “Anak”atau Putera dalam pengertian “walad” seperti yang disebutkan dalam Al-Quran itu melainkan “ibn” Isa  disebut “Anak Allah”, bukanlah dalam pengertian “Anak” secara biologis/jasmaniah.
 
Penyebutan :Isa  Anak Allah”, dalam bahasa arab dikatakan “Yasu’a ibn’allah’ dan bukan Yasu’a walada’llah.

Jadi mengenai Quran s.Al Kahfi 18:4, dan Quran s.Al. Ikhlas 112:3, tidak tepat untuk diisyaratkan kepada ajaran Kristen, karena:
 
a.   Isa  dalam ajaran Kristen, tidak dikatakan”Anak Allah” dalam pengertian “walad”, sebagaimana disebutkan dalam Quran s.Al Kahfi 18:4 itu “Allahu walad”
“Anak Allah”, dalam ajaran Kristenadalah dalam pengertian “Ibnu Allah”. Dalam Alkitabul Muqaddas dikatakan:”…. Aidhan alqudusul mauludi minki yud’a abna’ilahi” (Lukas 1:35)
 
b.   Ayat ini, sebagaimana juga halnya Quran s.Al Ikhlas dan s.Al Jin, menurut sejarahnya, tidaklah ditujukan kepada umat Kristen, tetapi ditujukan kaum polytheisme, yang pada waktu itu Nabi Muhammad sedang berjuang menentang kaum polytheisme, yaitu faham atau agama berdewakan dan berilahkan banyak yang memang sudah lama berurat-berakar dalam suku-suku bangsa Arab Jahiliyah. Dalam Polytheisme mereka beranggapan adanya perjodohan (perkawinan) diantara Dewa-dewa dan Dewi-dewi, perhubungan kelamin serta beranak-pinak, serta pemujaan terhadap anak-anak mereka (lihat Quran s.al Jin 72:3)
 
c.   Kecuali dari itu, Quran s.At Taubat 9: 30b memang ditujukan kepada golongan-golongan penganut agama Kristen.

5.  Nats Al-Quran s.Al Baqarah 2:75

“Afatathma’una an yu’minu lakum wa qad kana fariqun miinhum yasma’una kalama’l lahi, syumayuchrifu nahu min ba’dimaa ‘aqaluhu wa hum ya’lamun”
- apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.

Nats Al-Quran s.Al Maidah 5:13
“(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keas membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak bekhianat).

Nats al-Quran s.Al Baqarah 2: 106
“Apa saja ayat yang Kami naskhkan (hapuskan) atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya….”
Tiga macam nats Al-Quran diatas, pada umumnya dikemukakan oleh pihak pemimpin-pemimpin Islam, untuk menjadi dalil:
 
a.  Alkitab yang sekarang sudah tidak asli lagi, sudah banyak dirobah oleh tangan jahil.
b.  Alkitab sudah dinyatakan oleh Al-Quran, sebagai kitab yang dihapuskan (mansokh).
 
Masih ada nats-nats lain, tetapi keadaannya hampir senada saja. Sebab itu kita cukupkan saja dengan tiga macam nats diatas untuk kita bahas, apakah nats yang mereka kemukakan itu sudah cukup menjadi dalil yang meyakinka  bahwa Alkitab yang ada sekarang ini, benar-enar sudah dirusak kebenarannya.
 
(1)     Kedua-dua Tafsir dan Quran terbitan Dept. Agama R.I, mengenai nats Al-Quran s.Al. Baqarah 75 mengatakan:”Yang dimaksud ialah nenek moyang mereka, diantaranya sifat-sifat Nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut didalam Tauratitu: (Tafsir no.65)
 
Dalam ayat Al Baqarah 75 jelas hanya dikatakan “minhum “ (mereka) . Mereka yang dimaksudkan disini adalah orang yang buta huruf (tidak mengerti alkitab) dan mereka itu adalah suka mendogeng bohong (lihat ayat 78). Maka dari kata “minhum” ini saja sudah tidak mungkin diartikan “ahli kitab”
 
Diktaakan juga, bahwa mereka itu telah “mendengar/yasma’u”, firman/kalam Allah, lalu merobahnya. Disini jelas juga, bahwa Quran tidak mengatakan mereka telah membaca/qiraaht” lalu merobahnya.
 
Maka ayat ini dapat diartikan bahwa “mereka mendengan lalu merobahnya: adalah mengenai interpretasi mereka (tahrifi mabawi), bukanlah mengenai isi atau teks naskah Alkitab itu (tahrifi lafzi).
 
Sebab itu  penfsiran Quran Dept.Agama menunjukkan perubahan  teks naskah, adalah tidak tepat. Karena Quran itu sendiri tidak mengatakan  “minhum”itu adalah pembual (ummi) danpembohong, dan tidak mengerti tentang Alkitab.
 
(2)     Perkataan “mereka” dalam Nats Quran s.Al. maidah 5:13, biasanya mereka tambah dalam tanda kurung (Ahli Kitab) atau (Yahudi/Nasrani). Tetapi dua buku Tafsir Quran, baik Prof. Mahmud Yunus maupun Dep. Agama R.I tidak memberikan komentar.
         Nats ini sendiri sebenarnya tidaklah ditujukkan kepada golongan penganut Yahudi maupun Nasrani, tetapi malah ditujukan kepada umat Islam itu sendiri.
         Ini dapat kita perhatikan dengan membacanya mulai pada ayat 6 yang jelas ditujukan kepada orang-orang Islam, dengan callingnya:”Ya aiyuhal ladzina amanu” (Hai orang-orang beriman), maksudnya adalah orang-orang Muslim. Quran mengajarkan cara berwudhu, darihal junub, darihal tayamum.
 
         Pada ayat 7,        supaya ingat akan nikmat Allah
Pada ayat 8,        kembali ditujukan kepada orang-orang Islam agar menjadi saksi dengan adil, bertaqwa, takut keapda Allah.
         Pada ayat 9,        Allah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar bagi mereka (orang Muslim)
         Pada ayat 10,      diperingatkan bahwa bagi mereka yang tidak percaya akan menjadi isi neraka.
Pada ayat 11,      kembali ditujukan kepada orang-orang islam untuk supaya mengingat nikmat Allah.
Pada ayat 12,      Allah menceritakan kepada orang-orang  Islam , (ayat 11 diatas) akan peristiwa janji-janji anak-anak Israel sebanyak 12 orang yang berjanji mengaku percaya akan Islam, dan dijanjikan kepada mereka sorga, jika mengerjakan sembahyang, membayar zakat, percaya akan rasul-rasul Allah, dan lain-lain.
Pada ayat 13,      dikatakan bahwa karena mereka (anak-anak Israel yang sudah mengaku percaya ini) melanggar janji, berani mrobah Firman Allah (dalam hal ini adalah ayat-ayat Quran tentunya), yang dianggap juga ingkar akan janji Taurat (tentu yang dimaksudkan disini adalah hal keRasulan Muhammad), mereka (anak-anakIsrel yang sudah mengaku percaya akan Islam itu) dikutuki Allah.
 
Dengan penelitian atas nats Al-Quran s.Al Maidah 5:13, nyatalah merupakan suatu kekeliruan, jika nats ini hendak di isyaratkan sebagai dalil untuk menolak kebenaran Alkitab, karena yang dikatakan Firman Allah yang dirobah dalam pengertian ayat ini, justru adalah ayat Quran itu sendiri.
 
(3)    Perkataan “ayat” yang dimansohkkan (dihapuskan) dalam nats Al Baqarah 2: 106 ini, juga pada umumnya hendak diartikan”Alkitab/Bijbel”, sebagaimana ditulis oleh Majalah “Suara Muhammadiyah” Jogyakarta (Penerbitan Oltober 1976, No.20)
Penafsiran Mahmud Yunus dalam buku Tafsirnya mengenai ayat ini, antara lain mengatakan:”Apa-apa ayat (Quran) yang Kami ubah (nasikhkan) atau kami lupakan, maka Kami datangkan yang terlebih baik daripadanya atau seumpamanya ….” Yakni diantara ayat-ayat Quran itu ada yang mansokh (diubah) hukumnya, bacaannya atau keduanya dan diganti denganyang lebih baik dari padanya atau seumpamanya. Menurut pendapat mereka itu, bahwa setengah ayat Quran ada yang mansokh. Tetapi ada juga yang mengartikan mansokh disini adalah mengenai masalah mukjizat, demikian tulis Tafsir Mahmud Yunus. Sementara itu no kaki dari terjemahan Quran penerbitan Departemen Agama R.I. (not kaki no 81) mengatakan, bahwa : “Para mufassirin berlainan pendapat tentang arti “ayat”, ada yang mengartikan ayat Al-Quran , dan ada yang mengartikanmukjizat”.
Yang jelas, bahwa dalam kedua tafsir Quran tersebut (Mahmud Yunus dan Departemen Agama R.I.) tidak ada yang mengatakan bahwa “ayat” itu adalah berarti “Alkitab/Bijbel”)
 
Sepanjang penelitian penulis, bahwa tidak ada satu ayatpun dari Al-Quranyang menyatakan bahwa Alkitab yang usda waktu keNabi-an Muhammad itu, telah dirobah teks naskahnya, ataupun telah dipalsukan keadaanya.
Begipun alkitab yang ada sekarang, tigak berubah makna isinya sejak semula, hingga sampai saat ini.
At Tajdid fil Islam, halaman 30 mengatakan bahwa sedikitny 5 mungkin sampai 500 ayat dalam Al-Quran yang ayat-ayatnya telah mansokh, antara lain ditunjukan ayat Al-Baqarah 2: 180 terhadap s.An Nisa4: 11,12 s.Al Ahzab 33: 52 terhadap ayat 50. Ayat s.Al Mujadilah 58: 12 terhadap ayat 13 dan lain-lain. Banyak Nats Alkitab, yang menunjukkan bahwa ajaran Kristen itu adalah menganut faham Monotheisme atau Tauhid yang murni.
            Nats-nats alkitab yang sufah dikemukakan diatas, cukup meyakinkan untuk menolak tuduhan sebagaian dari orang-orang Islam, yang mengatakan bahwa ajaran agama Kristen itu adalah berAllah-kan Tiga, dengan mendasarkan pada dalil nats Al-Quran s.Almaidah 5: 73, dan lain-lain
            Bukan nats Al-Qurannya yang salah, tetapi meletakkan kearah mana dalil itu ditunjukkan sering salah arah, slah pemakaiannya oleh orang-orang Islam yang ingin membahas ajaran Agama Kristen, dalam segi keMahaesaan Allah ini.
            Nats-nats Alkitab yang  berikut ini lebih meyakinkah lagi akankebenaranTauhid ajaran Kirsten itu, antara lain adalah:
Ulangan 6: 4-5:  “Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihlah Tuahan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamua dan dengan segenap kekuatanmu”.
Matius 4:10:      “Maka berkatalah Isa  kepadanya:”Enyahlah, iblis! Sudah ada tertulis:”Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
                        (bacalah juga Lukas 4:8)
Ulangan 6:13     “Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu. Kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah”
Yohanes 17:3    “Inilah Hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang Benar.
1 Korintus 8:4    “… tidak ada Allah lain dari pada Allah yang Esa
 
1 Korintus 8: 6   “…. Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapak yang dari-padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup……”
 
            Baiklah juga pada kesempatan ini, dikemukan pula pendapat seorang Theolog Kristen, Dr.J. Verkuyl, dalam bukunya “Interpretasi Iman Kristen” halaman 52 mengatakan:”Orang Kristen mengakui percaya dengan seluruh hatinya dan tanpa bimbang bahwa Allah adalah Maha-Esa. Agama Kristen menyangkal setiap bentuk polytheisme. Sama seperti agama Islam. Oleh karena itu maka Agama Kristen juga menentang tiap bentuk Tritheisme (keTiga Ilah-an). Orang Kristen menghargai benar bahwa Agama Islam itu menentang atheisme, pantheisme, polytheisme. Juga Gereja-gereja Kristen bersikap demikian. Mereka mengucapkan amin-nya yang sedalam-dalamnya atas perkataan dari Ulangan 6:4 yang disebut – shema “Israel: Dengarlah olehmu hai Israel sesungguhnya Tuhan.Appah kita Tuhan itu Esa adanya.

            Tidak ada kemungkinan barang sekelumitnya bahwa pengakuan Trinitas itu berlawanan dengan keEsa-an Allah.
            Pengakuan Kristen tentang keTritunggalan itu, bukan suatu serangan terhadap pengakuan keEsa-an, melainkan suatu ekspresi dari keEsa-an itu dan secara dalam sekali ia membuat keEsa-an itu menjadi terungkap dengan amat jelasnya”, demikian antara lain tulis Dr.J. Verkuyl.

Masalah Syirik dalam ajaran Kristen
 
            Tentang Iman Tauhid Kristiani ini, tidaklah perlu diragukan. Nats-nats Alkitab cukup membuktikan.
            Dalam perkembangan iman ini, memang terdapatlah beberapa lah lain yang mewarnai iman itu sendiri, yang sering menimbulkan kekacauan pikiran, yang sebenarnya tidaklah perlu ada atau terjadi, jika masing-masing fikah mau berfikir secara jujur dan wajar.

            Kalau kita membicarakan hal “keEsa-an Allah”, atau pengertian “Tauhid” ini, orang akanmelihat pula kearah lain yang berlawanan dengan Tauhid itu, ialah masalah “Syirik”.
            Memahami pengertian Syirik ini, adalah merupakan hal yang perlu juga. Karena ia dapat menjadi ukuran pula untuk menentukan apakah seseorang itu atau dolonganitu, memang benar-benar murni memegang keyakinan Tauhid, meng-Esa-kan Allah, ataukah hanya hiasan bibir saja, hanya bicaranya saja.

            Orang yang syirik, yaitu meng-Ilahkan orang atau sesuatu barang yang berbentuk apa dan bagaiman disamping Allah, tidaklah mungkin ia itu juga pemegang kebenaran Tauhid ini secara murni. Dengan lain perkataan, bahwa orang yang berpegang kepada ajaran Tauhid pastila ia tidak akan meng-Ilah-kan seseorang atau sesuatu benda atau bangunan apa dan bagaimanapun juga megah dan keramatnya disamping Allh. Karena meng-Ilah-kan sesuatunya disamping Allah, mungkin karena megahnya, mungkin karena keramatnya, mungkin karena sudah menjadi kebiasaan turun-temurun, hingga benda-benda itu telah berfungsi sebagai “berhala” yang diberhalakan.

            Bahwa adalah termasuk dosa yang terberat menurut Alkitab, adalah syirik dalam pengertian mensyarikat llah dengan Ilah lain dihadirat-Nya.
            Dr.G.C.van Niftrik  - B.J. Boland, dalam bukunya “Dogmatika Masakini”, halaman 420 antara lain mengatakan:

“….. adalah Isa Al-Masih menjadi suatu Tuhan yang kedua disamping atau dibawah Allah? Mustahil. Tak mungkin anggapandemikian telah timbul dalam pikiran para rasul dan saksi-saksi Isa ! Slaku seorang Yahudi, tak dapat tiada”pengakuan iman umat Israel”, sungguh telah meresap kedalam hati mereka: "Dengarlah, hal Israel! TUHAN itu ALLAH kita, Tuhan itu Esa adanya”. (Ulangan 6:4). Selain dari “pengakuan iman” itu , tentu mereka hendak berpegang teguh pada Sepuluh Firman, dan justru perintah yang pertama menyatakan bahwa dosa terberat ialah apa yang disebut syirik ataupun “mensyirik-kan (mensyarikatkan) Allah”, artinya mempertuan suatu ilah disamping Allah. (Kel.20: 2-3)”

Demikian telah ditulis Dr. G.C. van Niftrik – BJ Boland.

            Banyak hal, yang dapat mendatangkan syirik itu, antara lain adalah sesuatu benda yang diberhalan, dikeramatkan, percaya akan kekuatan ghaib atasnya adalah merupakan unzur berhala, jika seseorang menghadapkna mukanya kepada sesuatu benda yang tertentu, dan terhadapnya kita bersujud, dengan cara bagaimana saja menurut tata cara yang sudah ditentukan itu, sedang dia sendiri termasuk penyembah berhala, diakui maupun tidak diakuinya demikian.

            Sebab itu Alkitab memperingatkan dalam 1 Yohanes 5:21 akan bahaya berhala ini demikian:”Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala”.

            Makna berhala, bukanlah setiap patung ukiranitu berhala. Bukanlah pula setiap bangunan bersejarah, seperti Tugu-tugu itu atau Manument-monument itu, berhala.
Juga bukanlah setiap rumah-rumah kebaktian, yaitu tempat orang-orang berkumpul untuk melakukan kebaktian, serti Gereja, Mesjid, Klenteng dan lain-lain itu berhala. Difinisi “berhala”, ialah jika terhadap sesuatu barang, baik  berupa patung ukiran berupa makhluk apapun, atau bangunan-bangunan yang terbuat dari apa saja dengan julukan ka’bah atau Bait Allah sekalipun, terhadap benda mana orang wajib melakukan sesuatu tatacara yang tertentu, seperti menghadapkan muka, serta bersembah sujud dibawahnya dengan merapatkan kedua tangannya ataupun berjongkok dan lain-lain, tata cara. Barang atau benda-benda itu telah menjadi “berhala” ia telah diberhalakan, diakui ataupun tidak diakui dengan pelbagai dalih apapun, namun ia adalah tetap berupakan berhala yang diberhalakan.

            Perbuatan yang semacam ini adalah syirik. Dalam ajaran Kristen terlarang, bahkan merupakan dosa yang terberat hukumannya.

            Alkitab dengan tegas juga sudah memperingatkan sebagai berikut:
“Jangan ada padamu tuhan/sembahan (ilah) lain dihadapanKu. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun …. Jangan sujud menyembahkepadanya atau beribadah kepadanya …. “ (Keluaran 20:3-5). “Tak seorangpun dapat menabdi kepada dua tuan. Karena jia demikian, ia akan membenci yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. (Matius 6:24)

            Termasuk syirik-lah hukumnya, yang mempercayai adanya ilmu-ilmu ghaib, dukun-dukun, peramal nasib, penenung-penenung, dengan pelbagai macam mantra dengan alat-alat kemenyan dan pedupaan sebagai sarana pemanggil atau pengantar roh-roh orang mati. Alkitab dengan tegas sekali memperingatkan, agar kita menjauhkan diri dari ilmu pendukunan ini, seperti yang tersurat dalam Kitab Ulangan 18:10-13 yang berbunyi demikian:”Di-antaramu jangalah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki, anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pamatera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau meminta petunjuk kepada orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah Tuhan, Allahmu menghalau mereka dari hadapanmu. Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela dihadapan Tuhan, Allahmu”

Mengenai masalah syirik ini dapatlah disimpulkan, bahwa:

1.   Agama Kristen, mutlak mengakui bahwa Allah itu Esa adanya. Agamanya Kristen menurut pengalaman dan penilaian penulis, adalah pemegang TAUHID atau MONOTHEISME yang terunggul dan murni.
 
Orang-orang Kristen berAllah-kan Yang Maha-Esa, tunggal. Hanya kepada Allah yang Esa itulah saja setiap orang wajib menyembah dan berbakti, tempat meminta perlindungan dan keselamatan. Berbuat lain daripada itu adalah merupakan dosa yang berat.
 
2.   Dalam merealisasikan keesaan Allah ini, ajaran Tauhid Kristiani tidak membenarkan adanya Ilah-ilah lain dihadirat Allah, berupa apapun juga, seperti patung-patung ukiran dalam sagala bentuk, berhala-berhala berupa bangunan-bangunan atau batu-batu buatan manusia atau alamiyah, meskipun dengan sebutan Ka’bah-baitullah sekalipun, baik berwarna putih, merah ataupun hitam, tidaklah dibenarkan untuk bersembah sujud dihapadan atau dibawahnya sebagai suatu kebaktian.
 
3.   Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab, ia akan menjauhkan diri dari berbuat atau mempercayai ramalan-ramalan, mantera-mantera para dukun, jimat-jimat, meskipun terbuat dari Kitab Suci apa saja, pembakaran dupa dan kemenyan sebagai pemanggil dan penolak-penolak roh-roh orang mati dan lain-lain. Ia bebas dari ketakutan pengaruh tahyul.
 
4.   Seorang Kristen tidak usah bahkan tidak akan takut akan pengaruhnya roh-roh jahat atau sesuatu yang dapat dirafsirkan sebagai kekuatan ghaib kuasa gelap. Dalam banyak hal, dalam perjanjian Barudinyatakan bahwa al-Masih menundukkan semua roh-roh jahat itu dan takluk kepada-Nya, maka haruslah juga roh-roh jahat itu takluk kepada orang-orang Kristen, pengikut-pengikut al-Masih pada umumnya.
 
5.   Suatu hal yang tercela dan tidak dapat dibenarkan oleh ajaran Kristen, ialah untuk memberikan “sesajen-sesajen":, berupa bunga-bunga, makanan-makanan kecil, kemenyan dan lain-lain macam manapun, yang diletakkan disimpang-simpang peralatan jalan atau diatas pohon danlain-lain denganmaksud untuk menenagkan roh-roh seperti yang diperbuat oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Allah.
 
6.   Sebagaimana juga pernah diwartakan, bahwa ajaran Islam tidak membenarkan adanya upacara penanaman kepala kerbau atau sebangsanya, sebagai suatu kepercayaan terhadap dimulainya sesuatu usaha pembangunan, begitupun juga dalam ajaran Agama Kristen, hal yang serupa tidaklah dapat dibenarkan, bahwa setiap orang Kristen yang Alkitabiah wajib meninggalkan upacara-upacara yang sedemikian. (Bacalah”Warta Salam” No.12/Th.I-1974) Ds. Herman Setyowardoyo s.Th.)
 
7.   Orang Kristen, tidak boleh memandang benda-benda tertentu, misalnya batu cincin, keris-keris, jimat-jimat dan lain-lain sejenisnya, seolah-olah memiliki keampuhan ghaib istimewa.
      keampuhan istimewa bagi ajaran Kristen, hanyalah Rohullah, yaitu Roh Allah Sendiri.
 
8.   Baik ketakutan, rasa gelisah, rasa kuatir, maupun keperluan-keperluan hidup lainnya, bagi setiap Kristen, adalah hal yang perlu dibawa kehadirat Allah dengan doa. Hanyalah Dia yang dapat memahami keperluan kita yang sebenarnya dan memenuhi Doa kita.
 
            Percayalah, bahwa ini TAUHID yang terunggul, Tauhid yang murni. Setiap orang Kristen yang Alkitabiyah, pasti sedikitpun tidak akan meragukannya lagi. Bahkan bagi saudara-saudara kita yang berAgama Islam-pun akan dapatlah memahaminya apa dan bagaimana sebenarnya TAUHID KRISTIANI itu.
 
Perbandingan Ajaran Islam dan Kristen tentang keMahaesa-an ALLAH, menurut Al-Quran dan Alkitab.
           
Sesudah kita mengenali makna pengertian “syirik”, baiklah sekarang kita beralih untuk mengenal pengertian keMahaesa-an Allah menurut ajaran Islam dan Kristen, tepatnya menurut Al-Quran dan Alkitab, sebagai suatu Ilmu Perbandingan Agama.

            Dalam penguraian sebagai Ilmu Perbandingan Agama ini, penulis berusaha hanya mengemukakan secara wajar, apa adanya saja, dari ajaran-ajaran kedua macam Agama ini tanpa memberikan penilaian. Sekiranya dalam uraian yang berikut ini, ada yang berpendapat lain, harap sukalah memberikan keterangan-keterangan berikut argumentasi-argumenatsi yang lengkap lagi meyakinkan.
 
keEsa-an menurut ajaran Islam
 
R.Soedewo P.K. dalam bukunya “keesa-an Ilahi” menulis: “sebagai trjemahan kata ahad atau wahid yang dalam arti aslinya menunjukkan bilangan yang pertama, yaitu satu, dipakai orang kata esa. Akan tetapi bilamana dikenakan pada Allah – Al-Ahad atau Al-wahid – kata-kata itu menyatakan suatu pengertian, yang lingkungan dan isinya (scope and contents) sama sekali tidaklah tepat, jika dikatakan orang, bahwa Allah itu satu.” Demikian Sedewo.

Memang, dalam ajaran Agama Islam, untuk menyatakan Allah itu “Esa”, ada dua buah perkataan yang dapat dipergunakan, yaitu “ahad” dan “wahid”

Misalnya:
(1)    Quran s.Al Ikhlas 112:1 “Qul huwa’llhu ahad …” (katakanlah Allah itu Esa).
(2)    Quran s.Al. Maidah 5: 73b”…. wa ma min Ilahin ilahin ilahun wahid”. (… dan tidak ada Ilah, hanya Allah yang Esa).

A h a d:
             Kata “ahad” atau “al ahad”, berarti satu mutlak, seperti seseorang sesuatu.
Contoh:             La tamdachu ahadan    (jangan kamu memuji seseorang)
            Wa kulla ahadin ilaihi muchtajun.  (Tiap sesuatu berhajat kepadanya).

            Kata “ahad” yang dikaitkan dengan keIlahi-an , bermakna “Maha satu” dan bersifat mutlak, tidak lebih dan tidak ada bandingan samanya. Dapat dibandingkan dengan bahasa Inggeris dalam kata Unique atau dalam bahasa Ibrani: Yacheed.

W a h i d:

            Kata”wahid” atau wahada dalam bahasa Arab, berarti “satu” dalam beberapa pengertian, antara lain:
1.         berarti   : sendiri atau sendirian (unique, alone)
2.         berarti: satu-satunya, Esa, Tunggal. Tidak ada bandingan samanya.
3.         berarti: Eka, dalam arti tanpa susunan (simplicity – decomposition).

Kata “Esa atau Tunggal “ yang dikaitkan dnegan keIlahi-an, dalam istilah Ilmu Tauhid ajaran Agama Islam dikatakan "wahdaniyaht”, yaitu keEsa-an zat Allah yang wajib ada dengan sendirinya (zat wajibal wujud), dengan pengertian bahwa Allah tidaklah mungkin mempunyai sekutu-sekutu, dan mustahil tersusun dari bagian-bagian. Sebab itu dalam Ilmu Tauhid Islam, tidak pernah digunakan kata “Kestuan”, asal dari kata “satu”, karena makna “kesatuan” berarti merupakan sesuatu yang terdiri dari beberapa bagian.
           
            Jadi kata “wahid”, dipergunakan untuk menunjukkan dalam keEsa-an.Dapat disbanding dengan bahasa Inggeris dalam kata “One-ness atau Unity”
            Perlu diketahui bahwa dalam makna keEsa-an Allah ini, adalah meliputi untuk seluruh Sifat-sifat Allah, sebanyak 20 Sifat menurut Al-Quran itu, antara lain: Qudrat (kuasa), Iradaht (bekehendak); Kalam (berkata-kata); Ilmu (tahu) dan lain-lain, semuanya adalah merupakan satu-satunya Sifat Allah dalam keEsa-an itu yang tidak ada banding persamaannya dengan sifat-sifat makhluk (al hawadist).
           
            Untuk menyatakan keEsa-an Allah ini dipergunakan kata "wahid”, dapat dibandingkan dengan kata “Echad” dalam bahasa Ibrani atau Kitab Perjanjian Lama.

KeMahaesaan Allah Tritunggal dalam Ilmu Tauhid Kristiani.

            Dalam bahasa Yahudi, untuk menunjukkan “satu” ada dua macam perkataan, yaitu Yacheed dan Echad.

Yacheed,          adalah untuk menunjukkan bilangan, yang berarti”satu” mutlak.Misalnya: satu anak, satu pohon, dan lain-lain.
Echad,              adalah menunjukkan “satu” dalam arti keEsa-an. Dengan kata lain, bahwa kata “Echad” adalah menunjukkan satu majemuk, misalnya: satu pasang, satu suami-isteri dan lain-lain.
 
“Satu” dalam melukiskan keEsa-an Allah, dalam perjanjian Lama, selalu dipergunakan kata “Echad”, dan sama sekali tidak pernah dipergunakankata Yacheed.
Misalnya: terdapat dalam Kitab Ulangan 6:4 “Dengarlah olehmu ahi Israel! Sesungguhnya Hua, Allah kita. Hua itu Esa adanya”.
Kata “Esa” disini, dipergunakan kata “Echad”, yang lengkapnya menurut teks aslinya berbunyi demikian:”Sh’ma Yisraeel! Ad’noy El’ochenoe Ad’onay Echad”.
Dalam terjemahan bahasa Arab, kata Echad diterjemahkan “Wahid”. Lengkapnya menurut Alkitabul Muqaddas, berbunyi seperti berikut :
                “Isma’Ya Israel! Arbabum Ilahuna rabbum Wahid
Jadi dengan kata “Echad” atau “Wahid” itu ialah:

(1)    Qudrat Allah (al Khalik) dengan kata lain disebut juga “Bapa” atau Allah Bapa.
(2)    Firman (al-Kalam) dengan kata lain disebut “Anak” (Kolose 1:15) telah menjadi daging dalam manusia Isa  (Yohanes 1: 14). Karenanya Isa  disebut juga dengan kata lain: “Firman Yang Hidup atau Firman Hayat” (1 Yohanes 1: 1-3)
Catatan:            Pengertian Anak, bukanlah berarti “walad” dalam bahasa Arab (Quran) Firman yang disebut Anak itu, didalam Alkitab bahasa Arab disebut Ibn Allah.
(3)    Rohulkudus, yaitu Roh-Allah, dengan kata lain disebut juga Roh Pembimbing atau Roh Kebenaran, yaitu Al Hidayaht.

Bapa, Anak dan Rohulkudus, dapat diucapkan dengan hanya sepatah kata, yaitu “ALLAH”.
            Dari ketiga unzur ini (dalam istilah Dogmatika Kristen dimisalkan dengan Tiga Oknum, sebanding dengan pengertian “Sifat” dalam ajaran Islam), adalah Satu dalam za Allah Yang Maha-Esa itu.

Dengan istilah lain dikatakan Tritunggal : 
ALLAH, dikatakan Bapa, ialah sebagai al khalik, pencipta semesta alam.
ALLAH, dikatakan Putera ('Sang Anak'), ialah kata ganti dari istilah Firman dan Kalimat Allah, ialah untuk menyatakan sesuatu kehendak-Nya.
ALLAH, dikatakan Rohul-Kudus dan Roh Allah Sendiri, ialah sebagai pembimbing (al-Hidayaht) atau penolong (at-Taufiq) bagi umat manusia yang percaya kepada-Nya.

Tidak ada komentar: