Kesepakatan Islam – Kristen tentang Allah
Kalimat diatas, adalah menjadi kenyakinan bagi umat beragama,
terutama dianut oleh Islam dan Kristen.
Di dunia ini, terdapat pelbagai macam corak agama. Dan
dapatlah dikatakan bahwa sejak dahulu kala, dari segala zaman, semua bangsa yang
ada didunia ini, mempercayai akan adanya sesuatu zat ghaib, yaitu oknum yang
mutlak berkuasa atas alam semesta ini, yang ada dengan sendirinya sejak semula
sekali, sebagai penciptanya, yaitu Allah al Khalik.
Tentu saja, masing-masing Agama menyebutkan nama
Allah ini dengan sebutan-sebutan yang sesuai dengan bahasanya atau pengertian
bahasa Agamanya masing-masing.
Istilah "ALLAH", tidaklah menjadi monopoli sesuatu golongan
atau sesuatu bangsa, dan juga bukan monopoli oleh sesuatu agama. Apakah yang
dapat diketahui oleh manusia tentang Allah?
Pada penulisan ini, kita tidaklah lagi merasa perlu
mengemukakan bukti-bukti tentang adanya Allah, dipandang dari pelbagai segi.
Cukup kita simpulkan saja, bahwa Dia adalah yang tidak berpermulaan dan tidak
berkesudahan, atau dengan kata lain, Dia adalah yang kekal adanya. Alkitab
mengatakan demikian:”Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia
diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampat selama-lamanya Engkaulah Allah.”
(Mazmur 90:2)
Penulis-penulis Alkitabpun tidak merasa perlu untuk
membuktikan adanya Allah. Alkitab menganggap bahwa Allah itu ada, titik. Pada
permulaan Alkitab, Kejadian 1:1, telah diceritakan bahwa:
“Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi"..:
Dalam Kitab Zabur, Mazmur 14:1 diperingatkan bahwa orang yang
beranggapan bahwa Allah itu tidak ada (atheisme) adalah merupakan orang gila.
ALLAH, menurut pandangan Kristen dan Islam, adalah sama sepakat,
yaitu :
1.
ALLAH, KHALIK LANGIT DAN BUMI (ALLAH
SEMESTA ALAM)
Al-Quran: s.An Nisaa 4:126, 131: s.An Nur 24:
42; s.Al Maidah 5:120; dan lain-lain.
Alkitab:
Yesaya 43:15, Matius 11:25, Lukas 10:21; Kis.4;24; Wahyu
4:11, dan lain-lain.
Allah, adalah pencipta. Dia adalah Khalik semesta aalam, zat
wajibal wajud, ada dengan sendirinya. Yang lain dari Dia, adalah makhluk yang
diciptakan olehNya.
Rasul Paulus menjelaskan sebagai berikut: “.. namun bagi kita
hanya ada Satu Allah saja, yaitu Bapa, yang daripadanya berasal segala sesuatu
dan yang untuk Dia kita hidup..” (1 Korintus 8: 6a)
“… sebab punyaKu-lah dunia dan
segala isinya”. (Mazmur 50:12)
“… sebab Akulah yang empunya seluruh bimi …” (Keluaran 19: 5b)
Allah itu adalah pemilik segala sesuatu. Karena itu, bagi setiap
orang Kristen yang baik, dia akan menginsafi akan dirinya, bahwa apapun yang ia
peroleh atau miliki dan yang dapat dipergunakannya pada saat sekarang ini,
adalah tidak lebih dinilainya daripada hak pakai sementara dari pemiliknya, yaitu
Allah itu sendiri.
2. ALLAH
ITU ESA ADANYA.
Al-Quran: s.Al.Ikhlas 112:1; s.An Baqarah 2:163; dan lain-lain.
Alkitab : Yesaya 45:5; Yohanes 17:3;5:44; Roma 3:30; 1
Kori.8: 4-6 dan lain-lain.
Kalau kita mau melihat kepada
perbandingan-perbandaingan yang jujur dari kedua ajaran Agama, yaitu Islam dan
Kristen, nyatalah keduanya bersumberkan kepercayaan Nabi Ibrahim, Bapa yang
mewariskan iman kepada Tiga Besar Agama, yaitu Monotheisme atau Tauhid, yaitu
berAllah-kan Yang Maha Esa.
Dalam keMahaesa-an Allah ini, jelas dapat dibaca dalam Alkitab
dan Al-Quran. Salah satu diantaranya tertulis dalam Al-Quran s.Al Ikhas 112:1
“Qul huwa’llahu ahad” (katakanlah: Allah itu Esa). Begitupun dalam Alkitab dapat
kita baca dalam kitab Ulangan 6: 4-5 demikian; "Dengarlah hari Israel!
Sesungguhnya Hua Allah kita itu Esa adanya".
“Akulah Tuhan dan tidak ada lain; kecuali Aku tidak ada Allah”. (Yesaya
45:5) Injil Yohanes 17:3 mengatakan;” Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenai Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai Isa Al-Masih
yang telah Engkau utus.”
Karena itu jelaslah, bahwa tuduhan-tuduhan setengah orang dari
golongan Islam yang mengatakan bahwa Agama Kristen tiu, tidaklah berAllah-kan
Maha –Esa, tetapi malah berAllah-kan Maha-Tiga, adalah merupakan suatu tuduhan
atau prasangka yang keliru.
Mengenai masalah “keMahaesaan Allah” ini, akan diuraikan kembali
secara khusus dalam buku ini pada halaman lain, dibwah judul “keMAHAESA-AN
ALLAH”.
3. HANYA ALLAH YANG WAJIB DISEMBAH.
Al-Quran: s.Asy Sura 42:10, s.Maryam 19:36; s.An nahl: 16:36
Alkitab: Ulangan 6:13-14, Matius 4:10, Lukas 4:8; Yohanes 4:23
dan lain-lain.
Alkitab menegaskan, bahwa segala penyembah yang benar itu akan
menyembah Allah itu dengan Roh dan Kebenaran - Yohanes 4: 23.
Sayidina Isa telah berkata:” …. Engkau harus menyembah yang benar itu, akan
menyembah Allah itu dengna Roh dan Kebenaran". - Yohanes 4:23.
Isa bersabda : ”…. Engkau harus menyembah Tuha, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti”. (Lukas 4:8, Matius 4:10).
Dalam kitab Ulangan 6:13 tersurat demikian: "Engkau harus takut
akan Tuhan,Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya
haruslah engkau bersumpah";.
Yosua 24: 14-15:”beribadahlah hanya kepada Tuhan saja, tidak
kepada ilah-ilah lainnya, Ulangan 6:13: Kepada Dia kita harus beribadah.
Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab, tidak akan
memperilahkan yang lain di hadirat Allah.
Mengenai masalah ini akan diuraikan kembali pada halama lain
dibawah judul “Masalah Syirik dalam ajaran Kristen”.
4. ALLAH ITU TIDAK ADA PERSAMAANNYA.
Al-Quran : s.Asy Sura 42:11
Alkitab: Mazmur 86: 8; Yesaya 40: 25-26; 2 Sam 7: 22
Sesuai dengan makna Allah itu Maha Esa, artinya hanya satu-satunya
tidak persamaannya dengan yang lain. Dia Maha Esa zat-Nya, tidak ada zat lain
yang sama dengan-Nya. Dia Maha Kuasa, tidak ada persamaannya kuasa yang
tertinggi lainnya hanya Dia, dan sebagainya. Dalam istilah ajaran Tauhid Islam
di katakan Mukhalafat Hu ta’a’I lil hawadith artinya yang berbeda dengan segala
apa yang baharu (alam).
Dalam Alkitab dikatakan:”Sebab itu Engkau besar, ya Tuhan Allah,
sebab tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau….”
(2 Samuel 7:22)
5. ALLAH ITU TIDAK NAMPAK DIPANDANG MATA
Al-Quran: s.Al Hadid 57:3
Alkitab: Yohanes 1: 18, 5: 37; 1
Yohanes 4:12; 1 Tom 6: 15-16
Alkitab mengatakan, bahwa “Allah itu Roh adanya” (Yohanes 4:24).
Karena Allah tidak berdarah daging. Dia adalah suatu zat ghaib. (a zat – immeteriil)
yang tidak terlihat pada pandangan mata inderia manusia.
Dalam Yohanes 1:18 ditegaskan, bahwa: 'Tidak seorang yang pernah
melihat Allah’ tetapi Putera Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakan-Nya “Makna menyatakan-Nya” disini, adalah tentang “menampakkan tentang
adanya Allah yang tidak nampak itu”.
Dalam nats lain dikatakan ”Dia, yang telah menyatakan diriNya
dalam rupa manusia “(1 Timotius 3:16).
Bagi saudara kita yang beragama Islam, kalimat diatas, mungkin
dapat dibandingkan dengan nats Al-Quran yang terdapat dalam s.Al Hadid 57:3 yang
mengatakan:”Dialah yang Awal dan Yang Akhir, yang Zhahir dan Yang bathin ….”
Makna perkataan “Yang Zhahir, yakni yang nampak”, dalam
penafsirannya no. 1453 (Quran dan Terjemahannya dari Dep. Agama R.I.) dikatakan:”
Yang Zhahir ialah Yang nyata adanya, karena banyak bukti-buktinya dan “yang
bathin” ialah yang tidak dapat digambarkan hikmat dan zat-Nya oleh akal.”
Jadi makna yang dikatakan “menyatakan” menurut Alkitab, adalah
semakna dengan “yang zhahir” menurut Al-Quran. Hal ini akan dijelaskan kembali
pada uraian lain, dibawah judul “keIlahi-an Isa Al-Masih”.
Rasul Paulus dalam suratnya 1
Timotius 6:16 kembali mengatakan;” ….Seorangpun tidak pernah melihat Dia dna
memang manusia tidak dapat melihat Dia. BagiNya-lah hormat dan kuasa yang kekal.
6. ALLAH YANG RAHMANI DAN RAHIMI
Al-Quran : s.Al Fatihah 1:3
Alkitab : 1 Yohanes 4:7-8; Mazmur 145:8
Alkitab mangatakan, bahwa ;”Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:8).
Dalam Mazmur 145:8 dikatakan:”Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar
dan besar kasih setia-Nya.”
Allah yang Rahmani dan Rahimi menurut ajaran Kristiani, ialah
Allah yang memberi, meng-anugerahi, tanpa menuntut sesuatunya dari umatnya yang
disantuni tersebut sebagai imbalan.
Ada banyak diantara agama di dunia ini, yang mengjarkan bahwa
keselamatan kekal di alam sorgawi itu akan dianugerahkan Allah keapda siapa saja
dengan perhitungan dosa manusia itu, akan dinilai satu persatu dalam suatu masa
penghukuman keadilan teakhir. Jika seseorang dimasa hidupnya dialam duni ini,
lebih banyak berbuat dosa, ia akan dimasukkan kedalam hukuman neraka. Tetapi
kalau ia lebih banyak berbua amal, ia akan mendapat kehidupan kekal dalam Sorga.
Kalau kita mendalami makna pengertian bahwa Allah itu adlah
“Pengasih dan Penyayang”, bahkan “Maha Pengasih dan Maha Penyayang”, maka
balance system demikian ini, malah meniadakan sifat keRahim-an dan keRahma-an
Allah itu sendiri. Karena anugerah Sorga itu, hanya akan dapat ditentuakn dengan
hasil usaha perbuatan sendiri.
Seorang pekerja buruh mendapat upah, adalah wajar, tetapi
tidaklah dapat diartikan bahwa sipemberi upah itu adalah seorang yang Rahim.
Jika seseorang memberikan sesuatunya kepada orang lain, baik karena diminta
ataupun tidak diminta, dan tidak menuntut sesuatu imbalan, sipemberi itu, dapat
dikatakan seorang yang rahim, seorang pengasih. Begitulah Allah yang Rahimi,
pasti tidak akan menuntut, tetapi memberi, menganugerahkan.
Tidaklah mungkin manusia, akan dapat menyelamatkan dirinya sendiri
dengan amalnya sendiri, tanpa anugerah Allah.
Manusia akan lebih banyak berbuat dosa, daripada berbuat amal
saleh. Andaikata perbuatan amal itu yang dapat menentukan keselamatan seseorang,
maka pastilah perhatian orang-orang berdosa, tidaklah lagi diarahkan kepada
harap Kasih – Anugerah pengampunan Allah.
Rasul Paulus mengatakan:”Sebab karena kasih karunia, kamu
diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah itu,
bukan hasil pekerjaanmu" “(Efesus 2:8)
Rasul Petrus mengatakan dalam Kis. 2:38 demikian:” Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Isa Al-Masih
untik pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus ….”
“…. Orang benar akan hidup oleh Iman”. (Roma
1:17; Habakuk 2:4).
Kalau demikian, apakah kita sudah tidak perlu
berbuat amal baik lagi, karena sudah mengaku percaya itu?
Tidak! Bukan demikian maksudnya.
Berbuat amal saleh, adalah
memang perbuatan orang beriman. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31
mangatakan:”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanla semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Dan setiap perbuatanyang baik, mamang mendapat
pahala. Tetapi yang menentukan kehidupan kekal itu, yang menentukan keselamatan
dialam sorgawi itu, bukanlah sebab amal-amalnya, melainkan semata-mata Anugerah
Allah karena iman, karena percaya.
Isa dengan tegas mengatakan:”Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan pecaya kepada Dia
yan gmengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan tidak turut dihukumkan,
sebab ia sudah pindah dari pada maut kedalah hidup”. (Yohanes 5: 24)
Uraian mengenai masalah ini, akan diuraikan
kembali secara khusus pada halaman lain dibawah judul “Anugerah Keselamatan”
7. ALLAH YANG KEKAL DAN MAHA KUDUS
Alikitab: Mazmur 90:2
Allah adalah yang
kekal, tidak berpermulaan dan tidak berakhir.
Ehyeh asher ehyeh =
Akulah yang Ada; aku ini ADA.
Dalam ajaran Islam dikatakan sebagai hakikat
:
”Zat wajibal wujud”
keMAHAESA-AN ALLAH
Menurut sejarah, Agama
Kristen adalah bersumberkan dari Nabi Ibrahim (Abraham).
Nabi Ibarahim mempunyai dua
orang anak laki-laki, yaitu:
1.
Ismail, dari ibunya
yang bernama Hagar (Kejadian 16:15)
2.
Ishak, dari ibunya
yang bernama Sarah (Kejadian 21:3, Matius 1:2)
Dari Ishak melahirkan bangsa Yahudi. Dan dari
bangsa ini lahirlah Nabi-nabi Besar,
seperti:Musa, Daud dan Sayidina Isa (Isa Almasih). Dan
dari Ismail, melahirkan bangsa Arab dilahirlah
diantara bangsa ini Nabi Besar Muhammad, rasul agama Islam.
Tiga agama besar ini, yaitu:
1.
Agama Yahudi,
dengan Nabi Besar-nya Musa. Kitab-kitabnya adalah Taurat. Termasuklah juga
didalamnya Kitab Zaur Nabi Daud, serta Kitab Nabi-nabi lainnya, yang terkumpul
menjadi satu dalam Kitab Suci “Perjanjian Lama”.
2.
Agama Kristen (Nasrani),
yang timbul karena Karya Keselamatan Isa Al-Masih (Isa almasih) dengan Injil ,
yang berarti Berita Keselamatan atau Berita Kesukaan. Kemudian Berita
keselamatan Injil ini tertulis dalam Kitab Suci yang bergelar "Perjanjian
Baru"
3.
Agama Islam, dengan
Nabi Besarnya Muhammad s.a.w. Kitab Sucinya adalah Al Quran”.
Ketiga Agama Besar ini, merupakan “Agama Serumpun”, yang sama-sama berlandaskan “TAUHID” atau “MONOTHEISME”, yaitu
suatu agama yang mengakui keEsaan Allah. Artinya, tidaklah ada Ilah atau tuhan
yang lain,
disamping Allah yang Maha-esa itu.
Memang ada sementara orang yang merupakan penentang
Agama Kristen, sering mengatakan bahwa Kristen itu, bukanlah Agama yang
berAllah-kan Maha Esa, tetapi malah berAllah-kan Maha Tiga, artinya golongan
yang menyembah Tiga Allah.
Sdr. Sidi Gazalba dalam bukunya yang berjudul
“Perbandingan Agama Praktis keTuhanan Nasrani-Islam” yang diterbitkan oleh
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia – Jakarta merupakan Serial Media Da’wah no.
13, yang menggambarkan keMaha-Esa-an Allah menurut ajaran Kristen, yang
diaturnya dalam bentuk soal jawab. A.Sebagai seorang Kristen, dan B sebagai seorang
Islam sebagai berikut:
A-
Sifat ketuhanan
kami tidak perlu dimengerti oleh akal.
B-
Tuhan kami ialah
Tuhan Yang Maha-Esa. Sifat Tuhan disebut Ketuhanan. Maka sifat Tuhan kami adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan tuan ialah Tuhan Yang Maha Tiga. Maka sifatnya
ialah Ketuhanan Yang Maha Tiga. Apabila Ketuhanan kita masing-masing dihadapkan
kepada Pancasila, terbuktilah bahwa faham Ketuhanan kamilah yang jadi asal moral
Pancasila. Sila utama Pancasila ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan Ketuhanan
Yang Maha Tiga. Dalam perjalanan sejarah Pancasila, fakta-fakta sejarah
membuktikan peranan utama dilakukan oleh orang-orang Islam.
C- Ya, tetapi kami menyetujui Sila Ketuhanan Yang Maha esa
sekalipun kami berpaham "Ketuhanan Yang Maha tiga”
Demikainlah sekelumit Tanya jawab Islam-Kristen yang
dibuat oleh Sdr.Sidi Gazalba, dlam bukunya tersebut pada halaman 20. Sekiranya
si A yang digambarkan oleh Sdr. Sidi Gazalba itu, memang benar-benar ia seorang
Kristen, pastilah ia seorang Kristen yang konyol. Tetapi untunglah, bahwa si A
itu, hanyalah seorang Kristen khayalan yang dikhayalkan oleh Sdr. Sidi Gazalba
sendiri. Uraian demikian, adalah merupakan suatu bukti akibat tidak adanya
pengertian yang wajar tentang Iman Kristen. Dapat dipastikan bahwa Sdr. Sidi
Gazalba, memahami Agama Kristen itu, hanyalah meraba-raba dari hasil
dengar-dengaran, kabar angin dan omong kosong saja, bukan hasil penelitiannya sendiri secara
yang sunguh-sungguh berilmiah.
Islam dan Kristen, kalau kita meliha kepada
perbandingan-perbandingan yang jujur dari kedua ajaran Agama ini, nyatalah
keduanya bersumberkan kepercayaan Nabi Ibrahim, bapa yang mewariskan iman
kepada Tiga Besar agama, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam dengan dasar imanyng
sama, yaitu TAUHID atau MONOTHEISME yaitu berAllah-kan Yang Maha Esa.
Dalam
hal keMahaesa-an Allah ini jelas dapat dibaca dalam
Alkitab dan al-Quran.
Salah satu diantaranya tertulis dalam ‘al-Quran s.Al.
Ikhlas 112:1 “Qul huwa’ilahu ahad (Katakanlah - Allah itu Esa).
Begitupun dalam Alkitab dapat kita baca dalam Kitab
Ulangan 6:4-5 demikian: "Dengarlah hai Israel! Sesungguhnya Hua Allah kita, Hua
itu esa adanya”. Juga dalam Injil Yohanes 17:3 dikatakan: “Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Isa Al-Masih yang telah Engkau utus”.
Karena itu jelaslah, bahwa tuduhan-tuduhan setengah
dari mereka yang mengatakan bahwa Agama Kristen itu bukan berAllahkan Maha Esa,
tetapi malah berAllahkan Maha-Tiga, adalah merupakan suatu tuduhan yang keliru.
Jika demikian, dimanakah letaknya kekeliruan ini?
Memang masalah ini perlu diterangkan, perlu diuraikan secara
terbuka, agar kekeliruan dan kesalah-fahaman ini tidak berpanjangan yang
mengakibatkan menyuramkan hubungan kerukunan beragama di tanah air kita Indonesia
ini, terutama Islam dan Kristen.
Orang-orang Islam dan
Kristen, memang hidup dalam kerukunan dan seharusnya,
berkasih-sayang.
Kalau kita mau meneliti dengan
seksama isi Al-Quran, akan ternyatalah bahwa orang-orang Islam dan Kristen itu
sebenarnya dipupuk agar dapat hidup berkasih-sayang, berko-eksistensi, jauh
daripada berprasangka, ataupun rasa musuh satu sama lainnya.
Al-Quran s.Al maidah 5:82 mengatakan
demikian:
”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata:
”Sesungguhnya kami
ini orang Nasrani”. Yang demikian
itu disebabkan karena
diantara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Quran
5:82).
Dalam maksud yang sama,
Alkitab
mengatakan :”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Markus 12;31)
Jelaslah, bahwa sesungguhnya
umat dan
Agama Nasrani (Kristen) itu bukanlah musuhnya umat dan agama Islam.
Tetapi dalam pengalaman sehari-hari,
memang sering terajdi, dimana oleh banyak pemimpin-pemimpin Islam menganggap
bahwa pengajaran Agama Kristen itu adalah musuhnya ajaran agama islam dalam
menegakkan kebenaran tauhid keMahaesaan Allah. Sering terasa dalam membawa
pengajaran Agama Islam ini, dipertantangkan dengan Agama Kristen, kadang-kadang
terasa sangat tajam.
Sesungguhnya, jika kita masing-masing
mau secara jujur dan bersungguh-sungguh meneliti pengajaran Agama islam dan
Kristen ini, terutama dalam masalah Tauhid ke Mahaesaan Allah ini, tidaklah ada
yang harus dipertantangkan, dan memang tidak ada yang diprasangkakan.
Suatu hal yang sudah umum dan sering
terjadi bahwa ajaran-ajaran ke Kristenan itu disanggah oleh orang-orang Islam,
bukanlah dengan suatu sanggahan yang bernilai argumentasi, tetapi berisikan
luapan emosi dengan pelbagai cemuhan-cemuhan
yang cukup menyakitkan hati.
Apakah dalam pengajaran mempertentangkan Agama ini, harus
kita layani yang serupa pula? Tidak! Setiap orang Kristen tidak dibenarkan
melayani secara permusuhan. Setiap orang Kristen, diharuskan melayani mereka
dengan kasih sayang. Kepada mereka hendaklah diberi jawab yang baik dan wajar,
sebagaimana digariskan dalam 1 Petrus 3:15-16 :
“Tetapi kuduskanlah al-Masih di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan
siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan
yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati
nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh
dalam al-Masih, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.”
Rasul Paulus dalam Suratnya, Epesus 6:18-20 mengatakan :
“Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam
doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan
perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,
yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan
keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”
Kita harus berbuat demikian, karena yakin bahwa apa
yang mereka serang, yang mereka cemuhkan mengenai keimanan Kristen itu,
hanyalah disebabkan kesalah-fahaman dan prasangka-prasangka yang tidak beralasan.
Isa Al-Masih
sendiri telah memberikan amanatnya dengan tegas Ia mengatakan:”…. Kasihilah
musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu, mintalah berkat bagi
orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orng mencaci kamu.” (Lukas 6:27-28).
“Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi
semua orang! (Roma 12: 17).
Jika kita masing-masing
pihak
menghayati kedua macam amanah Kitab Suci di
atas, dapatlah kita pastikan bahwa
kerukunan beragama itu, semangkin nampak dan dapat dinikmati denganpenuh
kedamaian.
Sumber dari kesalah-fahaman ini
adalah disebabkan cara memahami ajaran
Agama Islam, langsung sitrapkan untuk
memahami ajaran Agama Kristen. Cara demikian, jelas tidak benar, dan tidaklah
mungkin akan
mendapatkan pengertian yang wajar menurut iman Kristen dan
juga ajaran sebenar
Alkitab.
Dalam
Ilmu Perbandingan Agama, baik
untuk antara Islam degan Kristen, maupun dengan
agama-agama lainnya, mengharuskan
kepada setiap orang berkepentingan terlebih dahulu mengerti beberapa
istilah-istilah kata-kata tertentu yan dipergunakan oleh masing-masing agama
itu, memahami dengan baik akan perbedaan pengertiannya pada istilah-istilah yang
penyebutannya sama, seperti istilah kata “Tuhan
Rohulkudus, Rasul Kesaksian”, dan lain-lain, begitupun persamaannya –
membandingkan persamaannya – dalam
istilah-istilah kata yang penyebutannya berbeda, seperti
kata-kata “Sifat, Taufiq, al Hidayat"
dibandingkan dengan kata-kata "Oknum, Penolong
(Paracletos) dan lain-lain”, yang dikaitkan dengan keilahian.
Cara ini pada umumnya dilupakan orang. Dan disinilah letaknya kesalah-fahaman
itu, merupak batu sandungan untuk memahami secara wajr.
Penelitian yang
sungguh-sungguh atas Alkitab menimbulkan pengertian yang wajar.
Agama Kristen dengan
Alkitab-nya dalah merupakan Agama yang terbuka, dapat diperiksa, dibanding dan
diteliti akan kebenarannya.
Alkitab telah diterjemahkan lebih
dari 1.600 bahasa Nasional dan Wilayah di seluruh dunia.
Masing-masing bangsa dapat memahaminya dengan mudah dalam bahasa ibunda
mereka sendiri..
Kita mengetahui bahwa banyak diantara
saudara-saudara kita yang beragama Islam, bahkan juga Lembaga-lembaga Perguruan
Menengah dan Tinggi, memiliki Alkitab atau Bible ini, dengan
maksud sebagai Comparative study (Penelitian membanding) terutama dengan
Al-Quran. Ini adalah memang merupakan suatu langkah permulaan yang baik.
Agar hasil penelitian itu
berhasil dengan baik dan wajar, syarat utamanya adalah agar memandang Alkitab
atau Holy Bible itu, bukan sebagai “musuh”, tetapi terimalah dia sebagai
teman yang akan menerangkan sesuatunya dengan benar menurut iman Kristen. Pikiran
hendaklah dikosongkan daripada rasa prasangka dan tuduhan-tuduhan yang belum
dibuktikan kebenarannya. Berusahalah membacanya untuk mengerti secara wajar,
artinya janganlah membaca hanya sekedar untuk mencari-cari ayat yang dapat
dijadikan masalah guna dibantah atau diperdebatkan
nantinya. Lebih baik lagi,
jika masing-masing orang mau berdoa menurut keyakinan agamanya, meminta agar
Allah memimpin dalam penelitian itu, supaya dapat mengerti secara wajar apa-apa
yang dibaca didalamnya.
Pengalaman menunjukkan, bahwa banyak
diantara Pemimpin-pemimpin islam, guru-guru Islam, Para Mubaligh-Mubaligh Islam,
yang melancarkan kritik terhadap ajaran agama Kristen terutama dalam bidang
keMahaeasa-an Allah ini, sebenarnya mereka sendiri belum pernah memeliti
menyelidiki sendiri secara sungguh-sungguh, berfikir mempertimbangkan sendiri
hasil penelitiannya dalam arti yang sebenarnya. Tuduhan-tuduhan dan
kritik-kritik yang mereka kemukakan, sebagian besar adalah hanya menyadur
pendapat orang lain, hanya menjiplak pendapat orang yang terdahulu yang juga
hasil jiplakan dari pendapat-pendapat yang terdahulu lagi ….. terdahulu lagi,
dan seterusnya tanpa pertimbangan sendiri secara langsung dan meyakinkan.
Mungkin ada pula diantara mereka yang
membuka Alkitab, mencari ayat-ayat yang dapt dijadikan dalil penunjang bagi
keyakinannya sendiri. Dalam cara demikian ini jelaslah, mereka tidak akan
menemukan kebenaran Alkitab dalam makna penyelitian yang wajar dan obyektif.
Selain dari kesalah-fahaman mengenai
“kemahaesaan Allah” menurut ajaran Kristen ini, juga bagi mereka perlu
diberikan penjelasan-penjelasan tentang makna dan pengertian gelar “Tuhan” bagi
Isa Al-Masih, sebutan “Putera Allah”, pengertian “Tritunggal”, tentang makna “Dosa
Warisan dan Penebusannya”, tentang hal “Salib dan Kewafatan serta Kebangkitan
Isa ”, hal “keaslian dan Kewibawaan Alkitab”, juga prasangka tentang ada
tidaknya
nubuat kenabian Muhammad dalam Alkitab.
Pada kesempatan ini, akan penulis
usahakan agara uraian-uraian mengenai masalah-masalah diatas diuraikan seberapa
bisanya, agar kesalah-fahaman itu dapat dihindarkan diganti dengan pengertian
yang wajar saja, lepas dari masalah percaya atu tidak percaya.
Meneliti untuk memahami secara wajar,
tidaklah berarti menanggalkan keimanan seseorang terhadao agamanya yang
diyakininya terdahulu. Mengaku percaya adalah merupakan permasalahannya
trsendiri, karena hal itu semua adalah semata-mata Kuasa Rohulkudus.
Disamping penelitian Alkitab, juga perlu sepenelitian atas Al-Quran.
Bagi mereka yang berkeinginan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan pengertian yang baik sebagai hasil “Penelitian
untuk Ilmu Perbandingn Agama”, mengharuskan kepada yang berkepentingan disamping
mengadakan penelitian atas kebenaran Alkitab, juga perlu mengadakan penelitian
dengan seksama terhadap Al-Quran.
Penelitian atas Al-Quran yang penulis maksudkan disini,
bukanlah dalam arti untuk menyimpulkan apakah Quran itu benar-benar wahyu Allah
atau bukan. Bukanlah itu yang dimaksudkan.
Penelitian yang penulis maksud, ialah agar setiap
ayat atau nats Al-Quran yang dikemukakan sebagai dalil untuk menolah kebenaran
ajaran Kristen itu, baik masalah keEsaaan Allah, Pengertian Tritunggal,
pengertian keilahian Sayidina Isa , pengertian Putera Allah, yang terdapat dalam al-Quran
itu diteliti secara teliti yaitu makna pengertian yang sesungguhnya keapda siapa
ayat itu ditujukan, sebab musababnya ayat itu ada menurut sejarah dan konteksnya. Jadi
janganlah berhenti hanya menurut terjemahan harfiahnya saja, yang sering
memimbulkan kesalah-fahaman.
Hal ini saya buktikan pengalaman-pengalaman yang
terjadi pada uraian-uraian berikut ini, kesalah-fahaman yang seharusnya tidak
perlu terjadi, jika memang berdasarkan penyelidikan yang teliti.
Sebagai contoh, marilah kita teliti masalah-masalah dibawah ini:
1. Nats Al-Quran s.Al. maidah 5: 73
“Laqad kafaral ladzi qaluu innallooha
syalisyun syalasyatin, wamaa min illaahin illa ilahun wahid”, (artinya:
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah
seorang dari yang tiga,” padahal sekali kali tidak adan Tuhan selain dari Tuhan
Yang Esa).
Terjemahan ini dikutip dari penerbitan Proyek Pengadaan Kita suci
Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia, 1975/1976.
Menurut pengalaman, nats Al-Quran diatas sering dikemukakan
sebagai dalil menolak keTuhan-an Isa Al-Masih, dan pengertian “Tritunggal”.
Sekarang marilah kita coba menelitinya makna pengeritan nats Al-Quran ini secara
wjar, apakah memang benar-benar untuk menolak sifat keilahian Isa Al-Masih.
Kata “ILAHIN”, pada ayat diatas diterjemahkan “Tuhan”. Meskipun
terjemahan ini tidak salah menurut pandangan ajaran Islam, tetapi kurang wajar
dan kurang tepat, kalau hendak dijadikan bahan Ilmu Perbandingan Agama
dengan ajaran Kristen. Lebih tepat dan wajar, kalau kata “Ilahin” itu diterjemahkan
dengan “Ilah”.
Dengan terjemahan yang wajar ini dapatlah kita membandingkannya
dengan Alkitab, apakah ayat ini memang benar-benar ditujukan kepada penganut
Kristen (Nasrani) ataukan kepada golongan lain.
Kalau ada yang berpendapat, bahwa memang ayat itu ditujukan
kepada golongan Kristen, baiklah kita periksa Kitab Keluaran 20:2-3 yang
berbunyi demikian: “Akulah Tuhan, Allahmu …..
Jangan ada padamu allah (ilah) lain dihadapanku” (bacalah juga
Ulangan 5:7, Lukas 4:8).
Melihat kepada kenyataan atas
perbandingan kedua nats diatas (Al-Quran dan Alkitab), jelaslah bahwa ayat s.Al
Maidah 5:73 itutidak ditujukan kepada penganut Kristen, tetapi kepada
golonganlain, dalam hal ini menurut sejarahnya adalah kepada kaum yang
bertuhankan banyak (Poytheisme) sebagaimana juga halnya Quran s.Al Ikhlas 112:-4
bukan ditujukan kepada golongan Kristen Nasrani).
Kalau ayat ini ada orang yang ingin mengisyaratkan sebagai
peringatan bagi penganut Kristen, maka akan sama artinya mereka-orang
itu-menuduh bahwa Allah Yang Maha Tahu menurut ajaran Islam itu, malah tidak
tahu akan apa-apa yang ada tersurat dalam Alkitab, yang keberadaannya lebih
dahulu ada daripada AlQuran itu sendiri. Sebab dalam Alkitab tidak pernah ada
anggapan sebagaimana tertulis dalam ayat Quran tersebut. Apakah mungkin terjadi
demikina? Hal ini dapat pula dibuktikan dengan kesaksian Al-Quran itu sendiri
pada ayat sebelumnya, yaitu Al-Maidah 5:72 sebagai kesaksian Isa
Al-Masih dikatakan demikian: "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam:, padahal al Masih (sendiri)
berkata: Hai Bani Israel sembahlah Alalh Tuhanku danTuhamnu.”
Kesaksian ayat Al Quran ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Isa sendiri dalam Injil Markus 12: 2930 dikatakannya demikian:
“Jawab Isa :” Hukum yang terutama ialah: Dengarlah , hai orang
Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa, Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan
segenap kekuatanmu.”
Dalam Injil Yohanes 20: 17 Isa(as) mengatakan demikian:”….. bahwa
sekarang Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu.” (Yosua
24: 14-15, Ulangan 6:13).
Sekarang jelaslah, bahwa kesaksian Al-Quran itu memang sesuai
dengna kebenaran Alkitab, bahwa Isa sendiri tidak pernah mengatakan :”Akulah
Allah”, dan Iman Kristen manapun juga tidak pernah mengatakan demikian.
Perkataan: ”Allah didalam Isa Al-Masih” atau “Allah Bapa didalam Isa
Al-Masih”, kiranya tidaklah akan salah tafsir. Perkataan ini sesuai dengan nats
Alkitab yang antara lain terdapat dalam Yohanes 10: 38 yang berbunyi:” ….. bahwa
Bapa didalam Aku dan Aku didalam Bapa “. (Masalah ini akan diuraikan kembali
dalam halaman lain dibawah judul: ”Apakah Isa itu Allah ataukah Manusia?"
Kalau demikian, kepada siapa sebenarnya nats Al-Quran s.Al.
maidah 5:73 itu ditujukan?
Menurut Al-Quran sendiri yang berallahkan banyak itu, adalah
kaum Polytheisma yang disebutkan dalam Quran s.An Najm 53: 19-20 “Maka apakah
patut kamu (hai orang musrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah yang
ketiga, yang paling terkemudian”. Pada Tafsir no. 1432, dikatakan “Al Lata, al
Uzza dan Manah adalah nama berhala berhala yang disembah orang Arab-Jahiliyah".
Jika demikian, dapatlah kita menyimpulkan, bahwa yang dimaksudkan
oleh nats A;-Quran s.Al.Maidah 5:73 adalah kaum Polytheisme yaitu orang-orang
Arab Jahiliyah, bukan umat Nasrani.
2. Nats Al-Quran s.Al. Maidah 5: 116
“Wa idz qala’llaahu Ya ‘Isa bnu Maryam, a
anta quita linnasit takhidzu ni wa ummiya ilaahaini min duni’llahi …” (dan
ingatlah) ketika Allah berfirman “Hai Isa putera Maryam , adakah kamu
mengatakan kepada manusia : ”Jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan (sembahan) selain
Allah?"
Penjelasan penulis mengenai ayat ini, hampir sama saja dengan
nats Al-Quran s.al. Maidah 5:73. Kata “Ilahaini”, tidak tepat terjemahan “dua
Tuhan”, tetapi lebih wajar kalu diterjemahkan “dua ilah, atau dua sembahan”.
Dengan terjemahan yang wajar dapat kita kembali membandingkannya
dengan Alkitab, yaitu Keluaran 20:2-3, Ulangan 5:7 serta Lukas 4:8
Sebagaimana halnya nats Quran Al Maidah 5: 73 demikianlah juga Al
Maidah 5: 116 tidaklah kena mengena untuk diisyaratkan kepada ajaran Kristen.
3. Nats Al-Quran s.Al. Kahfi 10
“Afachasiba’lladzina
kafaru ayat takhidzu ‘ibadi min duni auliyaa’.
'Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa
mereka (dapat) mengambil hamba-hambaKu menjadi penolong selain Aku?'
Mahmud Yunus
menterjemahkan: …. 'Mengangkat hamba-hambaKu menjadi Tuhan, selain daripada KU?'
Terjemahan yang serupa Mahmud Yunus, terdapat
juga pada golongan Ahmadiyah.
Nats ini pada umumnya hendak dijadikan dalil
menafikan keilahian Isa .
Dalam Al-Quran ada 3 golongan yang dituduh
menjadikan hamba-hamba Allah, menjadi Tuhan, yaitu:
1. Kaum Polytheisme, lihat Quran s.an
Najm 53:
1930 tentang al-Lata, al-Uzza dan Manah.
2. Kaum Yahudi; Lihat Quran s.Al Baqarah 9:51
hal anak lembu yang disembah.
3. Kaum Nasrani, seperti tersebut dalam q.s.Al
Maidah 5: 116 (ulasan atas nats ini lihat nomor 2 diatas)
Mengenai ayat 102 al Kahfi inipun, jelaslah pula
tidak kena
mengena dengan ajaran Kristen. Karena ayat ini mengatakan “wa’ibadi
min duni auliyaa” (dan menjadikan Tuhan lain dari padaku). Kata “Tuhan …"
di
dalam
ayat ini ditujukan
kepada kafir musyrik yang memberhalakan sesuatunya, bukan
kepada golongan Nasrani.
Gelar “Tuhan” bagi Isa Al-Masih, adalah dalam
bahasa Arab disebut “Rabb”. Misalnya terdapat dalam Kitab
Suci Injil, Roma 10:9 dalam
bahasa Arab dikatakan:
"Liannaka in a’tarafta bimamika bir Rabbi Yasu’a wa aamanta biqalbika inna’laha aqamahu minal amwati khalashta”.
Uraian khusus mengenai gelar “Tuhan” bagi Isa
ini, dapat diperiksa pada halaman lain dibawah judul “keilahian Isa ”, pada
sub judulnya :” Ke Tuhanan Isa Al-Masih”.
4.
Nats Al-Quran s.Al Kahfi 18:4
“Wa yundzira qalut
takhidza’ilahu waladan”, Dan untuk memperingatkan kepada orang yang
berkata: "Allah mengmbil seorang anak”.
Nasts lain yang senada adalah Quran s.Al Ikhlas
112:3 “Lam yalid wa lam yulad” (Tidak ia beranak dan tiada pula diperanakkan).
Kedua macam nats Al-Quranini selalu dijadikan
daliluntu menolak ajaran Kristen yang menyebutkan Yeus itu “Anak Allah”.
Sebelum saya membahas mengenai dalil tersebut,
baiklah juga kita mengenal bahwa ada 3 golongan dalam Al-Quran yang dituduh
mengatakan bahwa “Allah mempunyai Anak”, yaitu:
(1) Kaum poytheisme, yang dikenal dengan Quran s.Al. Ikhlas dan Quran s.al.Jin 72:3 “… Dia tidak beristeri dan tidak beranak.(2) Kaum Yahudi , yang disebutkan dalam Quran s.At Taubah 9:30 “Orang Yahudi berkata: .. ”Uzair itu Putra Allah …)(3) Kaum Nasrani, yang disebutkan dalam Quran at Taubah 9:30b “…. Dan orang Nasrani berkata ..“Al Masih itu Putra Allah”.
Meskipun dalam ajaran Kristen itu memang
dikatakan “Isa Anak Allah”, tetapi tidaklah “Anak”atau Putera
dalam pengertian “walad”
seperti yang disebutkan dalam Al-Quran itu melainkan “ibn” Isa disebut “Anak
Allah”, bukanlah dalam pengertian “Anak” secara biologis/jasmaniah.
Penyebutan :Isa Anak Allah”, dalam bahasa arab
dikatakan “Yasu’a ibn’allah’ dan
bukan Yasu’a walada’llah.
Jadi mengenai Quran s.Al
Kahfi 18:4, dan Quran s.Al. Ikhlas 112:3, tidak tepat untuk diisyaratkan kepada
ajaran Kristen, karena:
a. Isa dalam ajaran Kristen, tidak
dikatakan”Anak Allah” dalam pengertian “walad”, sebagaimana disebutkan dalam
Quran s.Al Kahfi 18:4 itu “Allahu walad”
“Anak Allah”, dalam ajaran Kristenadalah dalam pengertian “Ibnu
Allah”. Dalam Alkitabul Muqaddas dikatakan:”…. Aidhan alqudusul mauludi minki
yud’a abna’ilahi” (Lukas 1:35)
b. Ayat ini, sebagaimana juga halnya Quran s.Al
Ikhlas dan s.Al Jin, menurut sejarahnya, tidaklah ditujukan kepada umat Kristen,
tetapi ditujukan kaum polytheisme, yang pada waktu itu Nabi Muhammad sedang
berjuang menentang kaum polytheisme, yaitu faham atau agama berdewakan
dan berilahkan
banyak
yang memang sudah lama berurat-berakar dalam suku-suku bangsa Arab Jahiliyah.
Dalam Polytheisme mereka beranggapan adanya perjodohan (perkawinan)
diantara
Dewa-dewa dan Dewi-dewi, perhubungan kelamin serta beranak-pinak, serta pemujaan
terhadap anak-anak mereka (lihat Quran s.al Jin 72:3)
c. Kecuali dari itu, Quran s.At Taubat 9: 30b
memang ditujukan kepada golongan-golongan penganut agama Kristen.
5. Nats Al-Quran s.Al Baqarah 2:75
“Afatathma’una an yu’minu lakum wa qad
kana fariqun miinhum yasma’una kalama’l lahi, syumayuchrifu nahu min ba’dimaa
‘aqaluhu wa hum ya’lamun”
- apakah kamu masih mengharapkan mereka
akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah,
lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.
Nats Al-Quran s.Al Maidah 5:13
“(tetapi) karena mereka melanggar
janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keas membatu. Mereka
suka merobah perkataan (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan
sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad)
senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit diantara mereka
(yang tidak bekhianat).
Nats al-Quran s.Al Baqarah 2: 106
“Apa saja ayat yang Kami naskhkan (hapuskan)
atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik
daripadanya atau yang sebanding dengannya….”
Tiga macam nats Al-Quran diatas, pada umumnya dikemukakan oleh
pihak pemimpin-pemimpin Islam, untuk menjadi dalil:
a. Alkitab yang sekarang sudah tidak asli lagi, sudah banyak
dirobah oleh tangan jahil.
b. Alkitab sudah dinyatakan oleh Al-Quran, sebagai kitab yang
dihapuskan (mansokh).
Masih ada nats-nats lain, tetapi keadaannya hampir senada saja.
Sebab itu kita cukupkan saja dengan tiga macam nats diatas untuk kita bahas,
apakah nats yang mereka kemukakan itu sudah cukup menjadi dalil yang meyakinka
bahwa Alkitab yang ada sekarang ini, benar-enar sudah dirusak kebenarannya.
(1) Kedua-dua
Tafsir dan Quran terbitan Dept. Agama
R.I, mengenai nats Al-Quran s.Al. Baqarah 75 mengatakan:”Yang dimaksud ialah
nenek moyang mereka, diantaranya sifat-sifat Nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut
didalam Tauratitu: (Tafsir no.65)
Dalam ayat Al Baqarah 75 jelas hanya dikatakan
“minhum “ (mereka) . Mereka yang dimaksudkan disini adalah orang yang buta huruf
(tidak mengerti alkitab) dan mereka itu adalah suka mendogeng bohong (lihat ayat
78). Maka dari kata “minhum” ini saja sudah tidak mungkin diartikan “ahli kitab”
Diktaakan juga, bahwa mereka itu telah
“mendengar/yasma’u”, firman/kalam Allah, lalu merobahnya. Disini jelas juga,
bahwa Quran tidak mengatakan mereka telah membaca/qiraaht” lalu merobahnya.
Maka ayat ini dapat diartikan bahwa “mereka
mendengan lalu merobahnya: adalah mengenai interpretasi mereka (tahrifi mabawi),
bukanlah mengenai isi atau teks naskah Alkitab itu (tahrifi lafzi).
Sebab itu penfsiran Quran Dept.Agama menunjukkan
perubahan teks naskah, adalah tidak tepat. Karena Quran itu sendiri tidak
mengatakan “minhum”itu adalah pembual (ummi) danpembohong, dan tidak mengerti
tentang Alkitab.
(2) Perkataan “mereka” dalam Nats Quran s.Al.
maidah 5:13, biasanya mereka tambah dalam tanda kurung (Ahli Kitab) atau
(Yahudi/Nasrani). Tetapi dua buku Tafsir Quran, baik Prof. Mahmud Yunus maupun
Dep. Agama R.I tidak memberikan komentar.
Nats ini sendiri sebenarnya tidaklah
ditujukkan kepada golongan penganut Yahudi maupun Nasrani, tetapi malah
ditujukan kepada umat Islam itu sendiri.
Ini dapat kita perhatikan dengan
membacanya mulai pada ayat 6 yang jelas ditujukan kepada orang-orang Islam,
dengan callingnya:”Ya aiyuhal ladzina amanu” (Hai orang-orang beriman),
maksudnya adalah orang-orang Muslim. Quran mengajarkan
cara berwudhu, darihal
junub, darihal tayamum.
Pada ayat 7, supaya ingat
akan nikmat Allah
Pada ayat 8, kembali ditujukan kepada orang-orang Islam
agar menjadi saksi dengan adil, bertaqwa, takut keapda Allah.
Pada ayat 9, Allah
menjanjikan ampunan dan pahala yang besar bagi mereka (orang Muslim)
Pada ayat 10, diperingatkan
bahwa bagi mereka yang tidak percaya akan menjadi isi neraka.
Pada ayat 11, kembali ditujukan kepada orang-orang islam
untuk supaya mengingat nikmat Allah.
Pada ayat 12,
Allah menceritakan kepada orang-orang Islam , (ayat 11 diatas) akan peristiwa
janji-janji anak-anak Israel sebanyak 12 orang yang berjanji mengaku percaya
akan Islam, dan dijanjikan kepada mereka sorga, jika mengerjakan sembahyang,
membayar zakat, percaya akan rasul-rasul Allah, dan lain-lain.
Pada ayat 13,
dikatakan bahwa karena mereka (anak-anak Israel yang sudah mengaku percaya ini)
melanggar janji, berani mrobah Firman Allah (dalam hal ini adalah ayat-ayat
Quran tentunya), yang dianggap juga ingkar akan janji Taurat (tentu yang
dimaksudkan disini adalah hal keRasulan Muhammad), mereka (anak-anakIsrel yang
sudah mengaku percaya akan Islam itu) dikutuki Allah.
Dengan penelitian atas nats Al-Quran s.Al Maidah
5:13, nyatalah merupakan suatu kekeliruan, jika nats ini hendak di isyaratkan
sebagai dalil untuk menolak kebenaran Alkitab, karena yang dikatakan Firman
Allah yang dirobah dalam pengertian ayat ini, justru adalah ayat Quran itu
sendiri.
(3) Perkataan “ayat” yang dimansohkkan
(dihapuskan) dalam nats Al Baqarah 2: 106 ini, juga pada umumnya hendak
diartikan”Alkitab/Bijbel”, sebagaimana ditulis oleh Majalah “Suara Muhammadiyah”
Jogyakarta (Penerbitan Oltober 1976, No.20)
Penafsiran Mahmud Yunus dalam buku Tafsirnya
mengenai ayat ini, antara lain mengatakan:”Apa-apa ayat (Quran) yang Kami ubah
(nasikhkan) atau kami
lupakan, maka Kami datangkan yang terlebih baik daripadanya
atau seumpamanya ….” Yakni diantara ayat-ayat Quran itu ada yang mansokh
(diubah) hukumnya, bacaannya atau keduanya dan diganti denganyang lebih baik
dari padanya atau seumpamanya. Menurut pendapat mereka itu, bahwa setengah ayat
Quran ada yang mansokh. Tetapi ada juga yang mengartikan mansokh disini adalah
mengenai masalah mukjizat, demikian tulis Tafsir Mahmud Yunus. Sementara itu no
kaki dari terjemahan Quran penerbitan Departemen Agama R.I. (not kaki no 81)
mengatakan, bahwa : “Para mufassirin berlainan pendapat tentang arti “ayat”, ada
yang mengartikan ayat Al-Quran , dan ada yang mengartikanmukjizat”.
Yang jelas, bahwa dalam kedua tafsir Quran
tersebut (Mahmud Yunus dan Departemen Agama R.I.) tidak ada yang mengatakan
bahwa “ayat” itu adalah berarti “Alkitab/Bijbel”)
Sepanjang penelitian penulis, bahwa tidak ada
satu ayatpun dari Al-Quranyang menyatakan bahwa Alkitab yang usda waktu
keNabi-an Muhammad itu, telah dirobah teks naskahnya, ataupun telah dipalsukan
keadaanya.
Begipun alkitab yang ada sekarang, tigak berubah
makna isinya sejak semula, hingga sampai saat ini.
At Tajdid fil Islam,
halaman 30 mengatakan bahwa sedikitny 5 mungkin sampai 500 ayat dalam Al-Quran
yang ayat-ayatnya telah mansokh, antara lain ditunjukan ayat Al-Baqarah 2: 180
terhadap s.An Nisa4: 11,12 s.Al Ahzab 33: 52 terhadap ayat 50. Ayat s.Al
Mujadilah 58: 12 terhadap ayat 13 dan lain-lain. Banyak Nats Alkitab, yang
menunjukkan bahwa ajaran Kristen itu adalah menganut faham Monotheisme atau
Tauhid yang murni.
Nats-nats alkitab yang sufah dikemukakan diatas,
cukup meyakinkan untuk menolak tuduhan sebagaian dari orang-orang Islam, yang
mengatakan bahwa ajaran agama Kristen itu adalah berAllah-kan Tiga, dengan
mendasarkan pada dalil nats Al-Quran s.Almaidah 5: 73, dan lain-lain
Bukan nats Al-Qurannya yang salah, tetapi meletakkan
kearah mana dalil itu ditunjukkan sering salah arah, slah pemakaiannya oleh
orang-orang Islam yang ingin membahas ajaran Agama Kristen, dalam segi
keMahaesaan Allah ini.
Nats-nats Alkitab yang berikut ini lebih meyakinkah
lagi akankebenaranTauhid ajaran Kirsten itu, antara lain adalah:
Ulangan 6: 4-5: “Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihlah Tuahan, Allahmu dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamua dan dengan segenap kekuatanmu”.
Matius 4:10: “Maka berkatalah
Isa
kepadanya:”Enyahlah, iblis! Sudah ada tertulis:”Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
(bacalah juga Lukas 4:8)
Ulangan 6:13 “Engkau harus takut akan Tuhan,
Allahmu. Kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau
bersumpah”
Yohanes 17:3 “Inilah Hidup yang kekal
itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang Benar.
1 Korintus 8:4 “… tidak ada Allah lain dari
pada Allah yang Esa”
1 Korintus 8: 6 “…. Namun bagi kita hanya ada
satu Allah saja, yaitu Bapak yang dari-padaNya berasal segala sesuatu dan yang
untuk Dia kita hidup……”
Baiklah juga pada kesempatan ini, dikemukan pula
pendapat seorang Theolog Kristen, Dr.J. Verkuyl, dalam bukunya “Interpretasi
Iman Kristen” halaman 52 mengatakan:”Orang Kristen mengakui percaya dengan
seluruh hatinya dan tanpa bimbang bahwa Allah adalah Maha-Esa. Agama Kristen
menyangkal setiap bentuk polytheisme. Sama seperti agama Islam. Oleh karena itu
maka Agama Kristen juga menentang tiap bentuk Tritheisme (keTiga Ilah-an).
Orang Kristen menghargai benar bahwa Agama Islam itu menentang atheisme,
pantheisme, polytheisme. Juga Gereja-gereja Kristen bersikap demikian. Mereka
mengucapkan amin-nya yang sedalam-dalamnya atas perkataan dari Ulangan 6:4 yang
disebut – shema “Israel: Dengarlah olehmu hai Israel sesungguhnya Tuhan.Appah
kita Tuhan itu Esa adanya.
Tidak ada kemungkinan barang sekelumitnya bahwa
pengakuan Trinitas itu berlawanan dengan keEsa-an Allah.
Pengakuan Kristen tentang
keTritunggalan itu, bukan
suatu serangan terhadap pengakuan keEsa-an, melainkan suatu ekspresi dari
keEsa-an itu dan secara dalam sekali ia membuat keEsa-an itu menjadi terungkap
dengan amat jelasnya”, demikian antara lain tulis Dr.J. Verkuyl.
Masalah Syirik dalam ajaran Kristen
Tentang Iman Tauhid Kristiani ini, tidaklah perlu
diragukan. Nats-nats Alkitab cukup membuktikan.
Dalam perkembangan iman ini, memang terdapatlah beberapa lah lain yang mewarnai
iman itu sendiri, yang sering menimbulkan kekacauan pikiran, yang sebenarnya
tidaklah perlu ada atau terjadi, jika masing-masing fikah mau berfikir secara
jujur dan wajar.
Kalau kita membicarakan hal “keEsa-an Allah”, atau pengertian “Tauhid” ini,
orang akanmelihat pula kearah lain yang berlawanan dengan Tauhid itu, ialah
masalah “Syirik”.
Memahami pengertian Syirik ini, adalah merupakan hal yang perlu juga. Karena ia
dapat menjadi ukuran pula untuk menentukan apakah seseorang itu atau dolonganitu,
memang benar-benar murni memegang keyakinan Tauhid, meng-Esa-kan Allah, ataukah
hanya hiasan bibir saja, hanya bicaranya saja.
Orang yang syirik, yaitu meng-Ilahkan orang atau sesuatu barang yang berbentuk
apa dan bagaiman disamping Allah, tidaklah mungkin ia itu juga pemegang
kebenaran Tauhid ini secara murni. Dengan lain perkataan, bahwa orang yang
berpegang kepada ajaran Tauhid pastila ia tidak akan meng-Ilah-kan seseorang
atau sesuatu benda atau bangunan apa dan bagaimanapun juga megah dan keramatnya
disamping Allh. Karena meng-Ilah-kan sesuatunya disamping Allah, mungkin karena
megahnya, mungkin karena keramatnya, mungkin karena sudah menjadi kebiasaan
turun-temurun, hingga benda-benda itu telah berfungsi sebagai “berhala” yang
diberhalakan.
Bahwa adalah termasuk dosa yang terberat menurut Alkitab, adalah syirik dalam
pengertian mensyarikat llah dengan Ilah lain dihadirat-Nya.
Dr.G.C.van Niftrik - B.J. Boland, dalam bukunya “Dogmatika Masakini”, halaman
420 antara lain mengatakan:
“….. adalah
Isa Al-Masih menjadi suatu Tuhan yang kedua disamping atau dibawah Allah?
Mustahil. Tak mungkin anggapandemikian telah timbul dalam pikiran para rasul dan
saksi-saksi Isa ! Slaku seorang Yahudi, tak dapat tiada”pengakuan iman umat
Israel”, sungguh telah meresap kedalam hati mereka: "Dengarlah, hal Israel! TUHAN
itu ALLAH kita, Tuhan itu Esa adanya”. (Ulangan 6:4). Selain dari
“pengakuan iman” itu , tentu mereka hendak berpegang teguh pada Sepuluh Firman,
dan justru perintah yang pertama menyatakan bahwa dosa terberat ialah apa yang
disebut syirik ataupun “mensyirik-kan (mensyarikatkan) Allah”, artinya mempertuan
suatu ilah disamping Allah. (Kel.20: 2-3)”
Demikian telah ditulis Dr. G.C. van
Niftrik – BJ Boland.
Banyak hal, yang dapat mendatangkan
syirik itu, antara
lain adalah sesuatu benda yang diberhalan, dikeramatkan, percaya akan kekuatan
ghaib atasnya adalah merupakan unzur berhala, jika seseorang menghadapkna
mukanya kepada sesuatu benda yang tertentu, dan terhadapnya kita bersujud,
dengan cara bagaimana saja menurut tata cara yang sudah ditentukan itu, sedang
dia sendiri termasuk penyembah berhala, diakui maupun tidak diakuinya demikian.
Sebab itu Alkitab memperingatkan dalam 1 Yohanes 5:21
akan bahaya berhala ini demikian:”Anak-anakku, waspadalah terhadap segala
berhala”.
Makna berhala, bukanlah setiap patung ukiranitu
berhala. Bukanlah pula setiap bangunan bersejarah, seperti Tugu-tugu itu atau
Manument-monument itu, berhala.
Juga bukanlah setiap rumah-rumah kebaktian, yaitu tempat
orang-orang berkumpul untuk melakukan kebaktian, serti Gereja, Mesjid, Klenteng
dan lain-lain itu berhala. Difinisi “berhala”, ialah jika terhadap sesuatu
barang, baik berupa patung ukiran berupa makhluk apapun, atau bangunan-bangunan
yang terbuat dari apa saja dengan julukan ka’bah atau Bait Allah sekalipun,
terhadap benda mana orang wajib melakukan sesuatu tatacara yang tertentu,
seperti menghadapkan muka, serta bersembah sujud dibawahnya dengan merapatkan
kedua tangannya ataupun berjongkok dan lain-lain, tata cara. Barang atau
benda-benda itu telah menjadi “berhala” ia telah diberhalakan, diakui ataupun
tidak diakui dengan pelbagai dalih apapun, namun ia adalah tetap berupakan
berhala yang diberhalakan.
Perbuatan yang semacam ini adalah syirik. Dalam ajaran
Kristen terlarang, bahkan merupakan dosa yang terberat hukumannya.
Alkitab dengan tegas
juga sudah
memperingatkan sebagai berikut:
“Jangan ada padamu tuhan/sembahan (ilah) lain dihadapanKu. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun …. Jangan sujud menyembahkepadanya atau beribadah kepadanya …. “ (Keluaran 20:3-5). “Tak seorangpun dapat menabdi kepada dua tuan. Karena jia demikian, ia akan membenci yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. (Matius 6:24)
Termasuk syirik-lah hukumnya, yang mempercayai adanya ilmu-ilmu ghaib,
dukun-dukun, peramal nasib, penenung-penenung, dengan pelbagai macam mantra
dengan alat-alat kemenyan dan pedupaan sebagai sarana pemanggil atau pengantar
roh-roh orang mati. Alkitab dengan tegas sekali memperingatkan, agar kita
menjauhkan diri dari ilmu pendukunan ini, seperti yang tersurat dalam Kitab
Ulangan 18:10-13 yang berbunyi demikian:”Di-antaramu jangalah didapati
seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki, anaknya perempuan sebagai
korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal,
seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pamatera, ataupun seorang yang
bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau meminta petunjuk kepada
orang-orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian
bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah Tuhan, Allahmu menghalau
mereka dari hadapanmu. Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela dihadapan
Tuhan, Allahmu”
Mengenai
masalah syirik ini dapatlah disimpulkan, bahwa:
1. Agama Kristen, mutlak mengakui bahwa Allah itu Esa adanya.
Agamanya Kristen menurut pengalaman dan penilaian penulis, adalah pemegang
TAUHID atau MONOTHEISME yang terunggul dan murni.
Orang-orang Kristen berAllah-kan Yang Maha-Esa,
tunggal. Hanya kepada Allah yang Esa itulah saja setiap orang wajib menyembah
dan berbakti, tempat meminta perlindungan dan keselamatan. Berbuat lain daripada
itu adalah merupakan dosa yang berat.
2. Dalam merealisasikan keesaan Allah ini,
ajaran Tauhid Kristiani tidak membenarkan adanya Ilah-ilah lain dihadirat Allah,
berupa apapun juga, seperti patung-patung ukiran dalam sagala bentuk,
berhala-berhala berupa bangunan-bangunan atau batu-batu buatan manusia atau
alamiyah, meskipun dengan sebutan Ka’bah-baitullah sekalipun, baik berwarna
putih, merah ataupun hitam, tidaklah dibenarkan untuk bersembah sujud dihapadan
atau dibawahnya sebagai suatu kebaktian.
3. Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab,
ia akan menjauhkan diri dari berbuat atau mempercayai ramalan-ramalan,
mantera-mantera para dukun, jimat-jimat, meskipun terbuat dari Kitab Suci apa
saja, pembakaran dupa dan kemenyan sebagai pemanggil dan penolak-penolak roh-roh
orang mati dan lain-lain. Ia bebas dari ketakutan
pengaruh tahyul.
4. Seorang Kristen tidak usah bahkan tidak akan takut
akan
pengaruhnya roh-roh jahat atau sesuatu yang dapat dirafsirkan sebagai
kekuatan
ghaib kuasa gelap. Dalam banyak hal, dalam perjanjian Barudinyatakan
bahwa al-Masih menundukkan semua roh-roh jahat itu dan takluk
kepada-Nya, maka haruslah
juga roh-roh jahat itu takluk kepada orang-orang Kristen,
pengikut-pengikut al-Masih pada
umumnya.
5. Suatu hal yang tercela dan tidak dapat dibenarkan oleh
ajaran Kristen, ialah untuk memberikan “sesajen-sesajen":, berupa bunga-bunga,
makanan-makanan kecil, kemenyan dan lain-lain macam manapun, yang diletakkan
disimpang-simpang peralatan jalan atau diatas pohon danlain-lain denganmaksud
untuk menenagkan roh-roh seperti yang diperbuat oleh orang-orang yang tidak
percaya kepada Allah.
6. Sebagaimana juga pernah diwartakan, bahwa ajaran Islam tidak
membenarkan adanya upacara penanaman kepala kerbau atau sebangsanya, sebagai
suatu kepercayaan terhadap dimulainya sesuatu usaha pembangunan, begitupun juga
dalam ajaran Agama Kristen, hal yang serupa tidaklah dapat dibenarkan, bahwa
setiap orang Kristen yang Alkitabiah wajib meninggalkan upacara-upacara yang
sedemikian. (Bacalah”Warta Salam” No.12/Th.I-1974) Ds. Herman Setyowardoyo s.Th.)
7. Orang Kristen, tidak boleh memandang benda-benda tertentu,
misalnya batu cincin, keris-keris, jimat-jimat dan lain-lain sejenisnya,
seolah-olah memiliki keampuhan ghaib istimewa.
keampuhan istimewa bagi ajaran Kristen, hanyalah
Rohullah, yaitu Roh Allah Sendiri.
8. Baik ketakutan, rasa gelisah, rasa kuatir, maupun
keperluan-keperluan hidup lainnya, bagi setiap Kristen, adalah hal yang perlu
dibawa kehadirat Allah dengan doa. Hanyalah Dia yang dapat memahami keperluan
kita yang sebenarnya dan memenuhi Doa kita.
Percayalah, bahwa ini TAUHID yang terunggul, Tauhid yang murni. Setiap orang
Kristen yang Alkitabiyah, pasti sedikitpun tidak akan meragukannya lagi. Bahkan
bagi saudara-saudara kita yang berAgama Islam-pun akan dapatlah memahaminya apa
dan bagaimana sebenarnya TAUHID KRISTIANI itu.
Perbandingan Ajaran Islam dan Kristen tentang keMahaesa-an
ALLAH, menurut Al-Quran dan Alkitab.
Sesudah kita
mengenali makna pengertian “syirik”, baiklah sekarang kita beralih untuk mengenal
pengertian keMahaesa-an Allah menurut ajaran Islam dan Kristen, tepatnya
menurut Al-Quran dan Alkitab, sebagai suatu Ilmu Perbandingan Agama.
Dalam penguraian sebagai Ilmu Perbandingan Agama ini,
penulis berusaha hanya mengemukakan secara wajar, apa adanya saja, dari
ajaran-ajaran kedua macam Agama ini tanpa memberikan penilaian. Sekiranya dalam
uraian yang berikut ini, ada yang berpendapat lain, harap sukalah memberikan
keterangan-keterangan berikut argumentasi-argumenatsi yang lengkap
lagi
meyakinkan.
keEsa-an menurut ajaran Islam
R.Soedewo P.K. dalam
bukunya “keesa-an Ilahi” menulis: “sebagai trjemahan kata ahad atau wahid yang
dalam arti aslinya menunjukkan bilangan yang pertama, yaitu satu, dipakai orang
kata esa. Akan tetapi bilamana dikenakan pada Allah – Al-Ahad atau Al-wahid –
kata-kata itu menyatakan suatu pengertian, yang lingkungan dan isinya (scope and
contents) sama sekali tidaklah tepat, jika dikatakan orang, bahwa Allah itu
satu.” Demikian Sedewo.
Memang, dalam ajaran Agama Islam,
untuk menyatakan Allah itu “Esa”, ada dua buah perkataan yang dapat dipergunakan,
yaitu “ahad” dan “wahid”
Misalnya:
(1)
Quran s.Al Ikhlas
112:1 “Qul huwa’llhu ahad …” (katakanlah Allah itu Esa).
(2)
Quran s.Al. Maidah
5: 73b”…. wa ma min Ilahin ilahin ilahun wahid”. (… dan tidak ada Ilah, hanya
Allah yang Esa).
A h a d:
Kata “ahad” atau “al ahad”, berarti satu mutlak, seperti seseorang sesuatu.
Contoh:
La tamdachu ahadan
(jangan kamu memuji seseorang)
Wa kulla ahadin ilaihi muchtajun. (Tiap sesuatu berhajat kepadanya).
Kata “ahad” yang dikaitkan dengan keIlahi-an , bermakna “Maha satu” dan
bersifat mutlak, tidak lebih dan tidak ada bandingan samanya. Dapat dibandingkan
dengan bahasa Inggeris dalam kata Unique atau dalam bahasa Ibrani: Yacheed.
W a h i
d:
Kata”wahid” atau wahada dalam bahasa Arab, berarti “satu” dalam beberapa
pengertian, antara lain:
1.
berarti : sendiri atau sendirian (unique, alone)
2.
berarti: satu-satunya, Esa, Tunggal. Tidak ada bandingan samanya.
3.
berarti: Eka, dalam arti tanpa susunan (simplicity – decomposition).
Kata “Esa
atau Tunggal “ yang dikaitkan dnegan keIlahi-an, dalam istilah Ilmu Tauhid
ajaran Agama Islam dikatakan "wahdaniyaht”, yaitu keEsa-an zat Allah yang wajib
ada dengan sendirinya (zat wajibal wujud), dengan pengertian bahwa Allah
tidaklah mungkin mempunyai sekutu-sekutu, dan mustahil tersusun dari
bagian-bagian. Sebab itu dalam Ilmu Tauhid Islam, tidak pernah digunakan kata “Kestuan”,
asal dari kata “satu”, karena makna “kesatuan” berarti merupakan sesuatu yang
terdiri dari beberapa bagian.
Jadi kata “wahid”, dipergunakan untuk menunjukkan dalam keEsa-an.Dapat
disbanding dengan bahasa Inggeris dalam kata “One-ness atau Unity”
Perlu diketahui bahwa dalam makna keEsa-an Allah ini, adalah meliputi untuk
seluruh Sifat-sifat Allah, sebanyak 20 Sifat menurut Al-Quran itu, antara lain:
Qudrat (kuasa), Iradaht (bekehendak); Kalam (berkata-kata); Ilmu (tahu) dan lain-lain,
semuanya adalah merupakan satu-satunya Sifat Allah dalam keEsa-an itu yang
tidak ada banding persamaannya dengan sifat-sifat makhluk (al hawadist).
Untuk menyatakan keEsa-an Allah ini dipergunakan kata "wahid”, dapat
dibandingkan dengan kata “Echad” dalam bahasa Ibrani atau Kitab Perjanjian Lama.
KeMahaesaan Allah Tritunggal dalam Ilmu Tauhid Kristiani.
Dalam bahasa Yahudi, untuk menunjukkan “satu” ada dua macam perkataan, yaitu
Yacheed dan Echad.
Yacheed, adalah untuk menunjukkan bilangan, yang
berarti”satu” mutlak.Misalnya: satu anak, satu pohon, dan lain-lain.
Echad, adalah menunjukkan “satu” dalam arti
keEsa-an. Dengan kata lain, bahwa kata “Echad” adalah menunjukkan “satu majemuk”, misalnya: satu pasang, satu suami-isteri dan lain-lain.
“Satu” dalam melukiskan keEsa-an
Allah, dalam perjanjian Lama, selalu dipergunakan kata “Echad”, dan sama sekali
tidak pernah dipergunakankata Yacheed.
Misalnya: terdapat dalam Kitab
Ulangan 6:4 “Dengarlah olehmu ahi Israel! Sesungguhnya Hua, Allah kita. Hua itu
Esa adanya”.
Kata “Esa” disini, dipergunakan kata
“Echad”, yang lengkapnya menurut teks aslinya berbunyi demikian:”Sh’ma Yisraeel!
Ad’noy El’ochenoe Ad’onay Echad”.
Dalam terjemahan bahasa Arab, kata
Echad diterjemahkan “Wahid”. Lengkapnya menurut Alkitabul Muqaddas, berbunyi
seperti berikut :
“Isma’Ya Israel! Arbabum Ilahuna rabbum Wahid”
Jadi dengan
kata “Echad” atau “Wahid” itu ialah:
(1)
Qudrat Allah (al
Khalik) dengan kata lain disebut juga “Bapa” atau Allah Bapa.
(2)
Firman (al-Kalam)
dengan kata lain disebut “Anak” (Kolose 1:15) telah menjadi daging dalam manusia
Isa (Yohanes 1: 14). Karenanya Isa disebut juga dengan kata lain: “Firman
Yang Hidup atau Firman Hayat” (1 Yohanes 1: 1-3)
Catatan: Pengertian Anak, bukanlah berarti “walad”
dalam bahasa Arab (Quran) Firman yang disebut Anak itu, didalam Alkitab bahasa
Arab disebut Ibn Allah.
(3)
Rohulkudus, yaitu
Roh-Allah, dengan kata lain disebut juga Roh Pembimbing atau Roh Kebenaran,
yaitu Al Hidayaht.
Bapa, Anak
dan Rohulkudus, dapat diucapkan dengan hanya sepatah kata, yaitu “ALLAH”.
Dari ketiga unzur ini (dalam istilah Dogmatika Kristen dimisalkan dengan Tiga
Oknum, sebanding dengan pengertian “Sifat” dalam ajaran Islam), adalah Satu
dalam za Allah Yang Maha-Esa itu.
Dengan
istilah lain dikatakan Tritunggal :
ALLAH, dikatakan Bapa, ialah sebagai al khalik, pencipta semesta alam.ALLAH, dikatakan Putera ('Sang Anak'), ialah kata ganti dari istilah Firman dan Kalimat Allah, ialah untuk menyatakan sesuatu kehendak-Nya.ALLAH, dikatakan Rohul-Kudus dan Roh Allah Sendiri, ialah sebagai pembimbing (al-Hidayaht) atau penolong (at-Taufiq) bagi umat manusia yang percaya kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar